Friday, August 10, 2018

Belajar Menjadi Orang Dermawan

belajar menjadi orang dermawan
Belajar Menjadi Orang Dermawan
Oleh : Ust. Mubarok Abie Fadhli, S.Ag

Belajar menjadi orang dermawan, bisa jadi sulit bagi kebanyakan manusia. Karena memang manusia mempunyai potensi kekikiran dalam dirinya. Tetapi, percayalah bahwa dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT dan diperlukan adanya latihan (riyadhah) secara ikhlas dan rutin, maka perilaku dermawan akan dapat dilakukan oleh kita semua, hatta oleh orang yang sangat pelit sekalipun. Asalkan dia punya niat sepenuh hati, untuk merubah perilaku kikirnya selama ini, dan punya keinginan kuat agar menjadi orang dermawan.

Kenapa kebanyakan orang menjadi kikir ? salah satu alasannya adalah, banyak orang yang meyakini bahwa dengan kita memberi sesuatu kepada orang lain, maka harta kita menjadi berkurang, sehingga akan menyebabkan dirinya menjadi miskin. Padahal sesungguhnya yang terjadi adalah sebaliknya. Manakala seseorang membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT, entah memberi kepada fakir miskin atau anak yatim, atau memberi sumbangan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, maka pada hakikatnya hartanya tidak berkurang bahkan bertambah di sisi Allah SWT. Dan pasti Allah SWT akan mengganti hartanya dengan yang lebih baik.

Q.S. Saba’ (34) ayat : 39

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (٣٩)

39. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.

Keberuntungan Orang Yang Tidak Kikir

Kebanyakan manusia memiliki sifat kikir dan pelit, dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Itulah gambaran satu sisi sifat kebinatangan pada diri manusia. Karena memang manusia disebut sebagai hewan yang berakal (al-hayawaan an-naathiq). Jika manusia mempertahankan sifat kebinatangannya, diantaranya sifat kikir, pelit dan egois, maka manusia semacam ini, tidak berbeda dengan binatang, dan bahkan lebih sesat dari binatang. Tapi sebaliknya, manakala manusia mampu menghilangkan sifat kebinatangannya tersebut, maka dia dapat menjadi manusia mulia, dan bahkan dapat mencapai derajat malaikat. Dan menurut al quran, bahwa orang-orang yang memelihara dirinya dari sifat kikir dan mengutamakan orang lain yang dalam kesusahan, maka dia termasuk orang yang beruntung.

Q.S. Al-Hasyr (59) ayat : 9

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٩)

9. dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung

·      وَقَالَ رَسُولُ الله (صلى الله عليه وآله وسلم): مَا آمَنَ بِاللهِ مَنْ شَبَعَ وَأَخُوْهُ جَائِعٌ. وَلَا آمَنَ بِاللهِ مَنْ اِكْتَسَى وَأَخُوْهُ عُرْيَانٌ، ثُمَّ قَرَأَ " وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ". وَقَالَ (صلى الله عليه وآله وسلم): مَنْ أَيْقَنَ بِالْخَلَفِ سَخَتْ نَفْسُهُ بِالنَّفَقَةِ.

“Rasulullah SAW bersabda,”tidaklah beriman kepada Allah orang yang kenyang, sementara saudaranya lapar. Dan tidaklah beriman kepada Allah, orang yang berpakaian, sementara saudaranya telanjang. Lalu beliau membaca ayat :
 وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Dan beliau bersabda, ”siapa yang meyakinkan terhadap adanya penggantian (shodaqah), maka dirinya menjadi dermawan dengan nafaqah (pemberian).”

Ancaman Terhadap Orang Kikir
Bagaimana negatifnya orang kikir ? Menurut Sayyidina Ali KW, ternyata orang kikir itu lebih buruk daripada orang dzalim. Mengapa demikian ? karena kalau orang dzalim jika bertaubat dia berbuat dzalim lagi paling Cuma kepada keluarganya. Tapi kalau orang kikir akan mencegah dirinya dari banyak perbuatan baik, seperti menghalangi zakat, sedekah, silaturrahmi, dll. Disebutkan dalam suatu riwayat di bawah ini :
وَسَمِعَ أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِيِّ ابْن أَبِي طَالِبٍ رَجُلًا َيقُولُ: الشَّحِيْحُ أَعْذَرُ مِنَ الظَّالِمِ. فَقَالَ: كَذَبْتَ، إِنَّ الظَّالِمَ قَدْ يَتُوبُ وَيَسْتَغْفِرُ وَيَرُدُّ الظَّلاَمَةَ عَلَى أَهْلِهَا وَالشَّحِيْحُ إِذَا شَحَّ مَنَعَ الزَّكَاةَ وَالصَّدَقَةَ وَصِلَةَ الرَّحِمِ وَقَرَى الضَّيْفِ وَالنَّفَقَةَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَأَبْوَابَ الْبِرِّ وَحَرَامٌ عَلَى الْجَنَّةِ أَنْ يَدْخُلَهَا شَحِيْحٌ.

Amirul Mu’minin ‘Ali bin Abi Thalib mendengar seorang laki-laki yang berkata,”orang bakhil lebih termaafkan dari orang dzalim. Beliau berkata,”kamu bohong, sesungguhnya orang dzalim, bila dia bertaubat dan beristighfar dan dia mengulang kedzalimannya hanya kepada keluarganya, sementara orang bakhil bila ia pelit maka ia akan mencegah dirinya membayar zakat, bershodaqah, silaturrahim, menerima tamu, menafkahkan harta di jalan Allah dan pintu-pintu kebaikan, dan orang bakhil itu haram masuk surga. 

Keistimewaan Menjadi Orang Dermawan
Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang memiliki sifat dermawan, dan sangat celakalah orang-orang yang memiliki sifat kikir. Disebutkan dalam riwayat lain, hadis tentang orang dermawan dan orang kikir, Rasulullah SAW bersabda :
السَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّارِ, وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيْدٌ مِنَ الْجَنَّةِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ.

“Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka. Sedangkan orang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dekat dengan neraka.”

Demikianlah, pembahasan sekilas mengenai bagaimana agar menjadi orang dermawan dan menjauhkan diri dari perilaku orang kikir. Dengan pemaparan tentang bagaimana beruntungnya orang yang dermawan, dan bagaimana celakanya orang yang kikir, semoga kita semua mampu melatih diri kita menjadi orang dermawan yang punya kedudukan mulia di sisi Allah SWT.

*Disarikan dari Kitab Makarim al-Akhlaq, Al-‘Allamah al-Hasan bin al-Fadhl at-Tabarsy

Wednesday, August 8, 2018

Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dalam Konsep Islam

Oleh : Ust. Mubarok Abie Fadhli, S.Ag

Menurut Islam, kewajiban orang tua terhadap anak merupakan suatu ketentuan yang harus dilaksanakan oleh seorang ayah dan ibu. Dan sebagai konsekwensi logis menjadi orang tua, yaitu melaksanakan kewajiban-kewajibannya untuk memenuhi hak-hak anak mereka.
Bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, atau orang tua melupakannya sama sekali, maka berakibat terjadinya hal-hal yang tidak baik terutama terhadap anak, bahkan terhadap orang tua tersebut.
Akibat yang tidak baik terhadap anak yaitu, secara psikologis anak akan merasakan bahwa dirinya tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, dapat menyebabkan anak memiliki perilaku yang tidak baik, anak merasakan hak-haknya tidak terpenuhi, bahkan mungkin terjadi anak tersebut menjadi anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Akibat yang tidak baik bagi orang tua, sesungguhnya mengabaikan kewajiban dapat merugikan diri sendiri, bahkan bila anaknya durhaka kepada dirinya, maka orang tua tersebut mendapatkan laknat dari Allah  SWT.

Sebagaimana wasiat Nabi SAW :
لَعَنَ اللهُ وَالِدَيْنِ حَمَلاً وَلَدَهُمَا عَلَى عُقُوقهِمَا

“Allah melaknat orangtua yang membawa anaknya untuk durhaka kepada keduanya”

Menurut Al-Qur’an, sebagai orang tua sepatutnya seseorang menjaga diri dan keluarganya dari siksaan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.

Oleh karena itu, kewajiban orang tua terhadap anak, hendaknya betul-betul diperhatikan khususnya bagi kita orang tua yang telah memiliki anak sebagai pemberian dan amanah dari Allah SWT.

Q. S. At-Tahriim (66) ayat 6 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (٦)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”


Menurut riwayat hadis, ada beberapa kewajiban orang tua terhadap anak, yang paling utama dan pokok, yaitu :
حَقُّ الْوَلَدِ عَلَى وَالِدِهِ أَنْ يُحْسِنَ اسْمَهُ وَأَدَّبَهُ وَيَضَعُهُ مَوْضِعًا صَالِحًا. (مكارم الأخلاق: ٤٤٣
“Hak anak atas orang tuanya, hendaklah orang tuanya memberi nama yang baik kepadanya, dan mendidiknya dengan baik, dan menempatkannya (tempat  tinggal) di tempat yang baik/shaleh.

حَقُّ الْوَالِدِ عَلَى الْوَلَدِ أَنْ يُحْسِنَ اِسْمَهُ وَأَدَّبَهُ وَ أَنْ يُعَلِّمَهُ الْكِتَابَةَ وَالسِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ وَاَنْ لَا يَرْزُقَهُ اِلاَّ طَيِّبًا وَأَنْ يُزَوِّجَهُ اِذَا اَدْرَكَ (رواه الحاكم

“Kewajiban orang tua terhadap anak adalah : membaguskan namanya dan akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berenang, dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup umur.”

Dari 2 riwayat tersebut, setidaknya ada 5 kewajiban orang tua terhadap anak yaitu :
1. Memberi nama yang baik. Meskipun ada orang yang mengatakan bahwa apalah arti sebuah nama. Tapi di dalam Islam, nama merupakan do’a bagi seseorang. Bila seseorang mempunyai nama yang baik, semoga dirinya juga menjadi orang baik. Meskipun bukan jaminan 100 %, namanya baik tapi perilakunya juga baik. Hal itu tergantung banyak hal, terutama pendidikan dan lingkungan.
2. Mendidiknya dengan pendidikan yang terbaik. Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya mulai dari pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah atau pesantren, bahkan sampai anak melanjutkan ke perguruan tinggi, merupakan hak anak yang patut diterima dengan sebaik-baiknya. Pendidikan buat anak yang paling vital di rumah yaitu mengajarkan dan membiasakan shalat kepada anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah dan hadis nabi berikut :

Q.S. Thaaha (20) ayat 132

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (١٣٢)

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.    Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ اِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَاِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا

“Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk mengerjakan shalat, apabila mereka telah mencapai umur 7 tahun, dan bila mereka mencapai umur 10 tahun, berani dan terbiasa meninggalkan shalat, pukullah mereka/memberi hukuman kepada mereka.”

3. Mengajarkan keahlian dan ketangkasan kepada anak. Seperti keahlian membaca dan menulis, dalam konteks sekarang mungkin anak diajarkan agar menguasai computer, bahasa asing dll. Ketangkasan dan keberanian, dapat diajarkan melalui latihan berenang dan memanah, maupun olah raga lainnya.
4. Menempatkan di tempat tinggal yang baik dan memberi rezki dari yang baik. Anak yang tinggal di tempat tinggal dan lingkungan yang baik, niscaya akan menjadi anak-anak yang baik. Juga, anak yang makan dan minum yang diberikan orang tuanya dari rezki yang halal dan baik, niscaya akan menjadi anak yang baik pula. Dan biasanya, anak yang berada di tempat tinggal yang tidak baik dan makan dari rezki yang tidak baik, biasanya akan menjadi anak-anak yang tidak baik.
5. Menikahkan anak bila sudah cukup umur. Ini merupakan kewajiban utama orang tua yang terakhir, yang mesti dilakukan terhadap anak-anaknya. Karena ketika anak-anaknya sudah berumah tangga, biasanya anak akan memisahkan diri dari rumah orang tuanya dan membina rumah tangga dengan pasangannya.

Demikianlah, 5 kewajiban orang tua terhadap anak, semoga kita sebagai orang tua mampu mengemban amanah tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga anak-anak kita menjadi anak-anak yang baik, shaleh dan shalehah.


==========
·  Disampaikan pada khutbah jum’at di Masjid Nurul Huda, 21 Desember 2012 / 7 Shafar 1434