Monday, May 23, 2011

Sejarah Para Khalifah: Al-Mustakfi Billah, Khalifah yang Saleh

REPUBLIKA.CO.ID, Al-Mustakfi Billah, Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Al-Mutawakkil. Dia dibaiat sebagai khalifah (1446-1455 M) berdasarkan wasiat saudara kandungnya, Al-Mu’tadhid Billah. Ayahnya menuliskan teks surat pengangkatan dirinya sebagai berikut:

“Ini surat kesaksian yang saya tulis untuk jiwa bersih yang Allah jaga dan Allah lindungi dari berbagai kotoran. Pemuka dan junjungan kami, jiwa yang bersih dan suci, yang mengalir dalam dirinya sifat kepemimpinan dan kemuliaan, serta darah Bani Abbas dan kekerabatan dengan Rasulullah. Amirul Mukminin Al-Mu’tadhid Billah Abu Al-Fath Dawud, yang Allah kokohkan agama dengannya dia telah mewasiatkan agar khilafah ini dipegang oleh saudara kandungnya, junjungan kami Abu Ar-Rabi’ Sulaiman Al-Mustakfi Billah. Semoga Allah memberikan keagungan dalam dirinya dalam mengurusi kekhilafahan yang diagungkan ini.”

Al-Mu’tadhid menjadikan saudaranya sebagai khalifah setelah dirinya menjadi imam kaum Muslimin. Ini sebuah wasiat yang sah menurut syariat, yang resmi dan diridhai sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban dirinya demi mewujudkan kemaslahatan orang-orang yang mentauhidkan Allah. Juga sebagai usaha meneladani sunnah para Khulafaur Rasyidin dan para imam yang mendapat petunjuk.

Ini semua dilakukan karena Al-Mu’tadhid mengetahui tentang kebaikan agama, keluhuran akhlak, dan keadilannya. Al-Mustakfi memiliki kemampuan yang memadai untuk memangku jabatan ini. Al-Mu’tadhid merasa yakin, orang yang dia pilih adalah orang yang paling takwa di sisi Allah dan paling berhak menerimanya.

Menurut Al-Mu’tadhid, jika tidak menentukan pilihan, maka hal itu akan banyak merepotkan ahlul halli wal aqdi dalam menetapkan imam setelah dirinya. Dia segera berwasiat tentang khilafah ini agar mereka terbebas dari beban, dan perkara ini sampai kepada orang yang benar-benar berhak.

Khalifah Al-Mustakfi adalah seorang khalifah Bani Abbas yang memiliki nilai-nilai kesalehan. Dia sangat taat beragama dan dikenal sebagai ahli ibadah. Gemar membaca ayat Allah, senantiasa mengerjakan shalat, serta sering bermunajat kepada Allah. “Saya tidak pernah melihat Sulaiman sejak masa kecilnya melakukan dosa-dosa besar,” kata Al-Mu’tadhid tentang perilaku saudaranya itu.

Menurut Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa’, ayahnya memiliki posisi terhormat, pandangannya dalam dan sangat dihormati. Mereka besar di lingkungan dan di tengah kemuliaan akhlak dan perilaku. Keluarganya adalah keluarga yang baik dalam ibadah dan muamalah. “Saya tidak pernah melihat sebuah keluarga setelah keluarga Umar bin Abdul Azis yang memiliki nilai-nilai ibadah yang demikian kokoh seperti keluarga khalifah ini,” tulis Suyuthi.

Al-Mustakfi wafat pada Jumat akhir Dzulhijjah 854 H dalam usia 63 tahun. Sedangkan ayah Imam As-Suyuthi, meninggal 40 hari setelah meninggalnya Khalifah Al-Mustakfi. Ketika dimakamkan, Sultan Azh-Zhahir (Jaqmaq) mengiringinya ke pemakaman dan membawa keranda jenazah Khalifah.


View the original article here

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Ketika Umar Berislam

REPUBLIKA.CO.ID, Waktu itu Umar bin Khathab adalah pemuda yang gagah perkasa, berusia antara tiga puluh dan  tiga puluh  lima  tahun. Tubuhnya  kuat  dan  tegap,  penuh emosi dan cepat naik darah. Kesenangannya berfoya-foya dan minum-minuman keras. Namun terhadap keluarga ia bijaksana dan lemah-lembut. Dari kalangan Quraisy dialah yang paling keras memusuhi kaum Muslimin.
Tatkala itu Muhammad SAW sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya yang tidak ikut hijrah, dalam sebuah rumah di Shafa. Di antara mereka ada Hamzah pamannya, Ali bin Abi Thalib sepupunya, Abu Bakar dan Muslimin yang lain. Pertemuan  mereka  ini  diketahui  Umar. Ia pun pergi ke tempat mereka, hendak membunuh Muhammad. Dengan demikian bebaslah Quraisy, dan mereka kembali bersatu setelah mengalami perpecahan.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah. Setelah mengetahui maksudnya, Nu'aim berkata, "Umar, engkau  menipu  diri  sendiri.  Kau kira keluarga  Abdi Manaf akan membiarkanmu merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad? Tidak, lebih baik kau pulang saja ke rumah dan perbaiki keluargamu sendiri!"
Pada  waktu  itu  Fatimah,  saudaranya,  beserta Sa'id bin Zaid suaminya sudah masuk Islam. Setelah mengetahui hal ini dari Nu'aim, Umar cepat-cepat pulang dan langsung menemui mereka. Di tempat itu ia mendengar ada orang  membaca Al-Qur'an. Setelah  merasa ada orang yang sedang mendekati, orang yang membaca itu sembunyi dan Fatimah menyembunyikan lembaran yang dibawanya.
"Aku mendengar suara bisik-bisik apa itu?" tanya Umar.
Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara lantang. "Aku sudah mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya!"  katanya  sambil  menghantam Sa'id keras-keras. Fatimah, yang berusaha hendak  melindungi suaminya, juga mendapat pukulan keras.

Kedua suami isteri itu marah. "Ya,  kami  sudah  Islam.  Sekarang  lakukan apa saja maumu!" teriak mereka.
Namun Umar jadi gelisah sendiri setelah melihat darah di muka saudaranya  itu.   Ketika itu juga lalu timbul rasa iba dalam hatinya. Ia menyesal. Dimintanya kepada  saudaranya supaya lembaran yang mereka baca itu diberikan kepadanya. 

Setelah membacanya, wajah Umar tiba-tiba berubah. Ia merasa menyesal sekali atas  perbuatannya. Bergetar jiwanya setelah membaca isi lembaran itu. Ada sesuatu yang  luar biasa dan agung yang ia rasakan. Ada sebuah seruan yang begitu luhur. Sikapnya jadi lebih bijaksana.
Ia keluar membawa hati yang sudah lembut dan jiwa yang tenang. Ia langsung menuju  ke tempat Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya berkumpul di Shafa. Ia meminta izin masuk, lalu menyatakan dirinya masuk Islam.

Dengan adanya Umar dan Hamzah dalam barisan Islam, maka kaum Muslimin mendapat benteng dan perisai yang lebih kuat. Dengan Islamnya Umar, kedudukan Quraisy menjadi lemah. Mereka kembali mengadakan pertemuan guna menentukan langkah lebih lanjut.

Sebenarnya peristiwa  ini telah memperkuat kedudukan kaum Muslimin, telah memberikan unsur baru berupa kekuatan yang luar biasa yang menyebabkan kedudukan Quraisy terhadap kaum Muslimin dan kedudukan mereka terhadap Quraisy sudah tidak seperti dulu lagi.

Keadaan kedua belah pihak ini kemudian diteruskan oleh suatu perkembangan politik baru; penuh dengan peristiwa, pengorbanan dan kekerasan hingga menyebabkan terjadinya hijrah dan munculnya Muhammad sebagai politikus di samping sebagai Nabi dan Rasul.


View the original article here

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Isra’ dan Mikraj

REPUBLIKA.CO.ID, Malam itu Muhammad SAW sedang berada di  rumah saudara sepupunya, Hindun, putri Abu Thalib yang dipanggil Ummu  Hani'.

Ketika itu Hindun berkata, "Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai shalat akhir malam, ia tidur dan kami pun tidur. Pada waktu sebelum fajar, Rasulullah  sudah  membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadah pagi bersama-sama kami, ia berkata, 'Ummu Hani', aku sudah shalat akhir malam bersama kamu sekalian seperti yang kau lihat di lembah ini. Kemudian aku ke Baitul Maqdis (Yerusalem) dan shalat di sana. Sekarang aku shalat siang bersama-sama kamu seperti kau lihat.' Kataku, 'Rasulullah, janganlah ceritakan hal ini kepada orang lain. Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!' Rasulullah menjawab, 'Tapi aku harus menceritakan kepada mereka."
Orang yang mengatakan bahwa Isra' dan Mikraj Muhammad SAW dengan ruh itu berpegang pada keterangan Ummu Hani'  ini, dan juga kepada yang pernah dikatakan oleh Aisyah, "Jasad Rasulullah SAW tidak hilang, tetapi Allah menjadikan Isra' itu dengan ruhnya."

Juga Muawiyah bin Abi Sufyan ketika ditanya tentang Isra' Rasul mengatakan, itu adalah mimpi yang benar dari Tuhan. Sebaliknya orang yang berpendapat, bahwa Isra' dari Makkah ke Baitul Maqdis itu dengan jasad, landasannya adalah apa yang pernah  dikatakan oleh Rasulullah, bahwa dalam Isra' itu beliau berada di pedalaman. Sedang Mikraj ke langit adalah dengan ruh. Di samping mereka itu, ada lagi pendapat bahwa  Isra' dan Mikraj itu keduanya dengan jasad. Polemik sekitar perbedaan pendapat ini banyak terjadi di kalangan ahli-ahli ilmu kalam dan ribuan pula tulisan-tulisan yang sudah dikemukakan orang.

Jadi barangsiapa yang mau menyatakan pendapatnya, bahwa Isra' dan Mikraj itu keduanya dengan ruh, maka dasarnya adalah seperti yang sudah berulang-ulang pula disebutkan dalam Al-Qur'an dan diucapkan Rasulullah. "...Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa." (QS Al-Kahfi: 110).
Orang-orang Arab penduduk Makkah tidak dapat memahami semua pengertian ini. Itulah pula sebabnya, tatkala soal Isra' itu disampaikan oleh Rasulullah kepada  mereka, mereka pun menanggapinya dengan beragam. Apa yang dikatakannya itu kemudian menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya. Mereka yang tadinya sudah percaya, berbalik arah.

Menurut mereka, masalah ini sudah  jelas. Perjalanan kafilah yang terus-menerus pun antara Makkah-Syam memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana mungkin Muhammad hanya satu malam saja pergi-pulang ke Makkah? Tidak sedikit mereka yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad.

Mereka yang masih menyangsikan hal ini lalu mendatangi Abu Bakar dan keterangan yang diberikan Muhammad SAW itu dijadikan bahan pembicaraan.
"Kalian berdusta," kata Abu Bakar.
"Sungguh, dia di masjid sedang bicara dengan orang banyak," kata mereka. 
"Dan kalaupun itu yang dikatakannya,"  kata Abu Bakr lagi, "Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan."
Abu Bakar lalu mendatangi Nabi SAW dan mendengarkan beliau melukiskan Baitul Maqdis. Abu Bakar sudah pernah berkunjung ke kota itu. Setelah Rasulullah selesai melukiskan keadaan masjidnya, Abu Bakar berkata tegas, "Rasulullah, saya percaya!"
Sejak itu Rasulullah memanggil Abu Bakar dengan "Ash-Shiddiq".


View the original article here

Sunday, May 22, 2011

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pemboikotan dan Propaganda

REPUBLIKA.CO.ID, Berimannya Umar telah mendatangkan kelemahan dalam  tubuh  Quraisy, karena ia  masuk agama ini dengan semangat yang sama seperti ketika ia menentangnya dahulu. Umar masuk Islam tidak sembunyi-sembunyi, malah  terang-terangan diumumkan di depan orang banyak dan untuk itu ia bersedia melawan  mereka. 

Ia tidak  mau kaum Muslimin sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap di celah-celah pegunungan Makkah, untuk melakukan ibadah jauh dari gangguan Quraisy. Bahkan ia terus melawan Quraisy hingga Muslimin dapat melakukan ibadah dalam Ka'bah.

Quraisy lalu membuat rencana lagi mengatur langkah berikutnya. Setelah sepakat,  mereka membuat perjanjian tertulis dengan persetujuan bersama, mengadakan pemboikotan total terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib: untuk tidak   saling kawin-mengawinkan, tidak saling berjual-beli apa pun.

Piagam perjanjian ini kemudian digantungkan di dalam Ka'bah sebagai suatu pengukuhan dan registrasi bagi Ka'bah. Menurut perkiraan mereka, politik yang  negatif—dengan membiarkan orang kelaparan dan melakukan pemboikotan—akan memberi hasil yang lebih efektif ketimbang politik kekerasan dan penyiksaan.  Sekalipun kekerasan dan penyiksaan itu tidak mereka hentikan.

Blokade-blokade yang dilakukan Quraisy terhadap kaum Muslimin dan terhadap  Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib sudah berjalan selama dua atau tiga tahun, dengan harapan Muhammad SAW akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Dengan demikian ia dan ajarannya tidak lagi berbahaya.

Namun ternyata, Nabi SAW sendiri malah makin teguh berpegang pada tuntunan  Allah. Keluarganya dan mereka yang sudah beriman pun makin gigih mempertahankan agama Allah, menyebarkan seruan Islam sampai keluar perbatasan Makkah. Maka tersiarlah dakwah itu ke tengah-tengah masyarakat Arab dan kabilah-kabilah,  sehingga  membuat  agama yang  baru  ini,  yang tadinya hanya terkurung di tengah lingkaran gunung-gunung Makkah, kini gemanya berkumandang ke seluruh jazirah. 

Orang-orang Quraisy semakin tekun memikirkan bagaimana caranya memerangi orang yang  sudah  melanggar  adat kebiasaannya  dan  menista dewa-dewanya itu. Bagaimana caranya menghentikan tersiarnya ajaran Islam di kalangan kabilah-kabilah  Arab.

Nabi Muhammad diancam, keluarga dan kerabatnya juga diancam. Beliau dan ajarannya dihina dan dinista, demikian pula dengan para pengikutnya. Sebagian pengikut yang lain bahkan disiksa dengan cara yang kelewat batas. Rasulullah dan para sahabat diancam dengan perang serta segala akibatnya yang mengerikan. Sungguhpun demikian, Nabi SAW tetap tabah. Dengan cara yang amat baik, beliau tetap mengajak orang-orang agar menerima kebenaran.

Tinggal satu senjata lagi yang mereka gunakan, yaitu propaganda. Propaganda  melawan akidah dan ajaran Islam disertai tuduhan-tuduhan yang dialamatkan  kepada Rasulullah. Propaganda yang tidak hanya terbatas pada Makkah saja, namun seluruh semenanjung  jazirah serta semua penduduknya. Dengan propaganda semacam itu, Quraisy dapat memerangi Muhammad lagi dengan harapan akan lebih ampuh daripada gangguan dan siksaan yang dialami pengikut-pengikutnya. 

Namun kuatnya kebenaran dalam bentuk yang jelas dan sederhana yang dilukiskan melalui ucapan Rasulullah, lebih tinggi dari yang mereka katakan. Hari demi hari, Islam makin tersebar di kalangan orang-orang Arab.

Tufail bin Amr Ad-Dausi adalah seorang bangsawan dan penyair kenamaan. Ketika tiba di Makkah, ia segera dihubungi oleh Quraisy dengan peringatan agar berhati-hati terhadap Muhammad dan kata-katanya yang memesonakan. Mereka khawatir jika peristiwa sebagaimana yang terjadi di Makkah akan menimpanya juga. Jadi sebaiknya jangan mengajak dan jangan mendengarkan Muhammad bicara.

Hari itu Tufail pergi ke Ka'bah. Kebetulan Nabi Muhammad juga sedang ada di sana. Ketika ia mendengarkan kata-kata Rasulullah, Tufail terpesona oleh kata-kata yang beliau ucapkan.  "Biar aku mati, aku seorang cendekiawan, penyair," katanya dalam hati. "Aku dapat mengenal mana yang baik dan mana pula yang buruk. Apa salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan dikatakan orang itu. Jika ternyata baik akan kuterima, kalau buruk akan kutinggalkan."

Diikutinya Muhammad SAW sampai di rumah. Lalu dikatakannya apa yang terlintas  dalam hatinya. Rasulullah menawarkan Islam kepadanya dan dibacakannya ayat-ayat  Al-Qur'an. Thufail langsung menerima Islam dan dinyatakannya kebenaran itu dengan mengucapkan kalimat syahadat.


View the original article here

Sejarah Para Khalifah: Al-Mu'tadhid Billah, Dekat dengan Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, Al-Mu'tadhid Billah, Abu Al-Fath. Nama aslinya Dawud bin Al-Mutawakkil. Ibunya seorang mantan budak asal Turki bernama Kazal. Dia dilantik sebagai khalifah setelah saudaranya, Al-Musta'in, meninggal pada 815 H.

Sedangkan yang menjadi sultan saat itu adalah Al-Muayyid. Dia menjadi sultan hingga meninggal pada Muharram 824 H. Setelah meninggal, anaknya yang bernama Ahmad diangkat menjadi sultan dengan gelar Al-Muzhaffar. Dan sebagai orang kepercayaannya diangkatlah Thatar. Namun Thatar menangkap Al-Muzhaffar pada bulan Sya'ban.

Akhirnya Khalifah Al-Mu'tadhid mengangkat Thatar sebagai sultan dan bergelar Azh-Zhahir. Thatar meninggal pada Dzulhijjah tahun itu juga. Anaknya yang bernama Muhammad naik menjadi sultan dan bergelar Ash-Shalih. Lalu dia mengangkat orang kepercayaannya, yaitu Barsabay. Barsabay melakukan pemberontakan terhadap Ash-Shalih dan mencopot kedudukannya sebagai sultan.

Khalifah mengangkat Barsabay sebagai sultan pada Rabiul Awal 825 H. Dia menjadi sultan hingga meninggalnya pada Dzulhijjah 841 H. Setelah itu naiklah anaknya, Yusuf, ke kursi kesultanan. Yusuf bergelar Al-Azis. Jaqmaq diangkat sebagai orang kepercayaannya.

Namun sejarah berulang, Jaqmaq memberontak dan menangkap Al-Azis pada Rabiul Awal 842 H. Jaqmaq diangkat sebagai sultan oleh Khalifah Al-Mu'tadhid dengan gelar Azh-Zhahir. Pada masa kesultanan Jaqmaq inilah, Khalifah Al-Mu'tadhid meninggal dunia.

Al-Mu'tadhid adalah khalifah yang hebat, memiliki perilaku yang baik dan cerdik. Ia selalu bergabung dengan ulama dan orang-orang yang memiliki sifat-sifat utama, serta mengambil manfaat dari ilmu mereka. Selain itu, dia juga dikenal sebagai seorang yang dermawan dan sangat toleran.

Dia meninggal pada hari Ahad bulan Rabiul Awal 845 H. Saat meninggal, usianya mendekati tujuh puluh tahun. Ibnu Hajar berkata, "Saya mendengar dari anak saudara perempuannya bahwa dia meninggal dalam usia 73 tahun."


View the original article here

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Tahun Duka Cita

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa bulan setelah pencabutan blokade, secara tiba-tiba sekali dalam satu tahun saja, Nabi SAW didera duka cita yang sangat mendalam, yakni kematian Abu Thalib  dan Khadijah secara berturut-turut.

Waktu itu Abu Thalib sudah berusia delapan puluh tahun lebih. Setelah Quraisy mengetahui ia dalam keadaan sakit yang akan merupakan akhir hayatnya, mereka merasa khawatir dengan apa yang bakal terjadi nanti antara mereka dengan Muhammad dan para sahabatnya. Apalagi setelah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang dan keras.

Oleh sebab itu, pemuka-pemuka Quraisy segera mendatangi Abu Thalib. "Abu Thalib, seperti kau ketahui, kau adalah dari keluarga kami juga. Keadaan sekarang seperti kau ketahui sendiri, sangat mencemaskan kami. Engkau juga sudah mengetahui keadaan kami dengan keponakanmu itu. Panggillah dia. Kami akan saling
memberi dan saling menerima. Dia angkat tangan dari kami, kami pun akan demikian. Biarlah kami dengan agama kami dan dia dengan agamanya sendiri pula," kata mereka.
Rasulullah datang tatkala mereka masih berada di tempat pamannya itu. Setelah  diketahuinya maksud kedatangan mereka, beliau berkata, “Sepatah kata saja yang aku  minta, yang akan membuat mereka merajai semua orang Arab dan bukan Arab."
"Ya, demi bapakmu," jawab Abu Jahal. "Sepuluh kata sekalipun silakan!"
"Katakan, tidak ada tuhan selain Allah! Dan tinggalkan segala penyembahan yang selain Allah," kata Nabi SAW.
"Muhammad, maksudmu supaya tuhan-tuhan itu dijadikan satu Tuhan saja?" tanya mereka.
Kemudian mereka berkata satu sama lain, "Orang ini tidak akan memberikan apa-apa seperti yang kamu kehendaki. Pergilah kalian!"
Ketika Abu Thalib meninggal, hubungan Rasulullah dengan pihak Quraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah. Dan sesudah Abu Thalib, disusul pula dengan wafatnya Khadijah.

Dua peristiwa itu meninggalkan duka cita dalam jiwa Muhammad SAW. Dan pihak Quraisy semakin keras mengganggunya. Yang paling ringan diantaranya ialah ketika seorang pandir Quraisy mencegatnya di tengah jalan lalu menyiramkan tanah ke kepalanya.

Tahukah orang apa yang dilakukan Rasulullah? Beliau pulang ke rumah dengan tanah yang masih di atas kepala. Fatimah, puterinya, lalu datang mencucikan kotoran tersebut sambil menangis. Tak ada yang lebih pilu rasanya dalam hati seorang ayah daripada mendengar tangis anaknya, lebih-lebih anak perempuan.

"Jangan menangis anakku," kata beliau kepada puterinya yang sedang berlinang air mata itu. "Allah akan melindungi ayahmu!"
Setelah peristiwa itu gangguan Quraisy kepada Muhammad SAW semakin
menjadi-jadi. Beliau merasa sangat tertekan.

Terasing  seorang diri, beliau pergi ke Thaif, tanpa diketahui orang lain. Beliau berharap mendapatkan dukungan dan suaka dari warga Thaif dan mereka pun akan dapat menerima Islam. Namun ternyata mereka juga menolaknya secara kejam. Mereka menghasut orang-orang pandir agar bersorak-sorai dan memakinya.
Keadaan itu diketahui pula oleh Quraisy sehingga gangguan mereka kepada Muhammad SAW makin menjadi-jadi. Namun hal itu tidak mengurangi semangat Rasulullah dalam menyampaikan dakwah Islam.

Kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, beliau memperkenalkan diri, mengajak mereka mengenal arti kebenaran. Diberitahukannya kepada mereka, bahwa ia adalah Nabi yang diutus, dan dimintanya mereka memercayainya.
Namun sungguhpun begitu, Abu Lahab, sang paman, tidak membiarkannya. Bahkan dibuntutinya ke mana pun beliau pergi. Dihasutnya orang supaya jangan mau mendengarkan.
Muhammad SAW sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan diri kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di Makkah saja. Beliau mendatangi Bani Kindah, Bani Kalb, Bani Hanifah dan Bani Amir bin Sha'sha'ah. Tapi tak seorang pun dari mereka yang mau mendengarkan.

Bani Hanifah bahkan menolak dengan cara yang buruk sekali. Sedang Bani Amir menunjukkan ambisinya, bahwa kalau Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya, segala persoalan nanti harus berada di tangan mereka. Namun setelah dijawab, bahwa masalah itu berada di tangan Allah, mereka pun membuang muka dan menolaknya seperti yang lain.
Makin besar penolakan yang dilakukan kabilah-kabilah itu, makin besar pula keinginan Rasulullah untuk menyendiri. Pihak Quraisy pun kian gigih dalam melakukan gangguan kepada para sahabatnya. Beliau pun kian merasakan kepedihan.


View the original article here

Saturday, May 21, 2011

Sejarah Para Khalifah: Al-Mustanjid Billah, Ditawan Hingga Wafat

REPUBLIKA.CO.ID, Al-Mustanjid Billah, Abu Al-Mahasin, Yusuf bin Al-Mutawakkil Alallah dilantik sebagai khalifah (1460-1485 M) setelah saudaranya, Al-Qaim Biamrillah, wafat. Yang menjadi sultan saat itu adalah Al-Asyraf Inal.

Inal meninggal pada 865 H. Sebagai penggantinya naiklah anaknya, Ahmad, dengan gelar Al-Muayyid. Namun Khasyqadam merebut kesultanan dari tangan Al-Muayyid.

Al-Muayyid ditangkap pada Ramadhan di tahun pengangkatannya sebagai sultan. Khalifah Al-Mustanjid kemudian mengangkat Khasyqadam sebagai sultan baru dan memberinya gelar Azh-Zhahir. Dia menjadi sultan hingga akhir hayatnya, yaitu pada Rabiul Awal 872 H.

Setelah itu diangkatlah Balbay sebagai sultan dengan gelar Azh-Zhahir juga. Namun dua bulan setelah duduk di kursi kesultanan, Balbay didepak oleh para tentara. Sebagai penggantinya, khalifah menunjuk Tamrigh, juga dengan gelar Azh-Zhahir. Tamrigh juga diturunkan secara paksa dari kursi kesultanan.

Khalifah akhirnya mengangkat Qayatabay sebagai sultan dengan gelar Al-Asyraf. Kesultanan menjadi stabil di dalam genggamannya. Qayatabay dikenal sebagai sultan yang pemberani dan kuat. Satu hal yang belum pernah terjadi sejak masa kesultanan An-Nashir Muhammad bin Qalawun. Buktinya adalah ia pernah mengadakan perjalanan dari Mesir ke Furat dan hanya ditemani oleh sekelompok kecil tentara tanpa pengawalan ketat.

Di antara catatan emas yang pernah dilakukan khalifah adalah dia tidak pernah mengangkat seroang pun di Mesir untuk menduduki posisi-posisi yang sifatnya keagamaan, seperti hakim, guru dan pengajar di masjid kecuali orang-orang yang diangkat tadi pasti akan melakukan perbaikan-perbaikan yang sangat penting setelah sebelumnya kacau-balau. Al-Mustanjid tidak pernah mengangkat seorang hakim atau syekh tertentu atas dasar uang dan gaji.

Di awal pengangkatannya sebagai sultan, Azh-Zhahir langsung didatangi oleh penguasa Syam, Hatim. Ini terjadi karena adanya kesepakatan antara Hatim dengan tentara yang ada di kalangan sultan. Setelah mendengar kedatangan Hatim, Azh-Zhahir meminta khalifah, para hakim yang empat dan tentara untuk datang ke benteng.

Ketika semua yang datang meninggalkan benteng, Azh-Zhahir melarang Khalifah Al-Mustanjid kembali ke kediamannya. Al-Mustanjid tetap tinggal di tempat itu hingga meninggal dunia pada Sabtu 14 Muharram 888 H, setelah sebelumnya menderita sakit selama dua tahun. Jenazahnya dishalatkan di benteng. Setelah itu dibawa ke makam para khalifah. Saat meninggalnya, Al-Mustanjid berusia 90 tahun atau lebih.


View the original article here

Kisah Sahabat Nabi: Abdullah bin Jahsyi, "Amirul Mukminin" Pertama

REPUBLIKA.CO.ID, Abdullah bin Jahsyi adalah putra bibi Rasulullah, Umaimah binti Abdul Muthalib. Di samping itu, ia juga ipar Rasulullah karena saudara perempuannya, Zainab binti Jahsyi adalah istri Nabi SAW.

Abdullah bin Jahsyi memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Karena itu, ia termasuk di antara sahabat yang pertama masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.

Ketika Rasulullah mengizinkan para sahabat untuk hijrah ke Madinah, Abdullah bin Jahsyi tercatat sebagai orang kedua yang hijrah setelah Abu Salamah. Bagi Abdullah, hijrah ke Madinah bukanlah pengalaman baru. Sebelumnya ia pernah hijrah ke Habasyah. Hanya saja, kali ini ia bersama istri, anak-anak dan keluarga terdekatnya.

Ketika Rasulullah membentuk Laskar Islam, beliau memilih delapan orang yang dipandang mampu dalam berperang. Di antara mereka adalah Abdullah bin Jahsyi dan Sa'ad bin Abi Waqqash.

Dalam kelompok tersebut akhirnya terpilihlah Abdullah bin Jahsyi sebagai pimpinan. Sebuah bendera diikatkan oleh Rasulullah di tongkatnya dan diserahkan kepada Abdullah. Itulah bendera Islam pertama dan Abdullah bin Jahsyi memegangnya. Karena itu, ia dikenal orang untuk pertama kali sebagai Amirul Mukminin.

Setelah dilantik sebagai Amir, ia diperintahkan oleh Nabi SAW untuk melakukan ekspedisi dengan tugas pengintaian. Rasulullah melarang membuka surat perintah beliau melainkan setelah dua hari perjalanan.

Setelah dua hari perjalanan, Abdullah bin Jahsyi membuka surat tersebut dan membacanya: "Bila kamu membaca surat ini, teruskanlah perjalananmu ke arah Makkah. Berhentilah diantara Thaif dan Makkah. Amatilah gerak-gerik kaum Quraisy dan segera laporkan kepada kami!"

Sesuai perintah Rasulullah, Abdullah bin Jahsyi meneruskan perjalanannya dan tiba di Nakhlah. Di tempat tersebut mereka mempersiapkan pos pengintaian. Ketika mereka tengah bersiap-siap, tiba-tiba di kejauhan terlihat sekelompok kabilah Quraisy yang membawa barang-barang dagangan.

Abullah bermusyawarah dengan pasukannya. Apakah kabilah itu akan diserang ataukah tidak? Saat itu hari terakhir bulan Haram. Jika mereka melakukan penyerangan, berarti melanggar kehormatan bulan Haram dan mengundang kemarahan seluruh bangsa Arab. Jika dibiarkan lewat, mereka masuk ke Tanah Haram (Makkah), berarti membiarkan mereka masuk ke tempat aman karena di sana dilarang berperang.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menyerang dan merampas harta kabilah itu. Mereka berhasil menewaskan seorang anggota rombongan Quraisy. Dua orang tertawan dan seorang lagi melarikan diri.

Abdullah bin Jahsyi dan pasukannya membawa harta rampasan dan dua orang tawanan itu ke Madinah. Begitu tiba di hadapan Rasulullah, beliau langsung marah karena Abdullah bin Jahsyi dan pasukannya bertindak di luar perintah.

Rasulullah bersabda, "Demi Allah, aku tidak memerintahkan kalian menyerang, merampas, menawan, apalagi membunuh. Aku hanya memerintahkan kalian supaya mencari berita mengenai orang-orang Quraisy, mengamati gerak-gerik mereka, kemudian melaporkan kepadaku."

Abdullah bin Jahsyi menyadari kecerobohannya itu telah memberi peluang ampuh bagi kaum Quraisy untuk merangkul kabilah-kabilah Arab guna memusuhi kaum Muslimin. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan mengundang agresi militer.

Tak dapat dibayangkan bagaimana beratnya beban moril yang ia tanggung. Namun demikian, imannya tetap tegar. Dia selalu beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah.

Akhirnya Allah SWT memberikan kabar gembira kepada mereka dengan turunnya ayat: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: 'Berperang pada bulan Haram adalah dosa besar. Tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada-Nya, menghalangi masuk ke Masjidil Haram dan mengusir penduduk dari sekitarnya lebih besar dosanya di sisi Allah..." (QS Al-Baqarah: 217).

Setelah ayat tersebut turun, tenanglah hati Rasulullah. Harta rampasan itu disita untuk Baitul Mal dan kedua tawanan dimintai tebusan. Rasulullah setuju dengan apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Jahsyi dan pasukannya.

Ketika terjadi Perang Badar, Abdullah ikut berjuang bersama kaum Muslimin. Dalam peperangan itu, ia cedera cukup parah. Pada saat Perang Uhud, terjadi sebuah peristiwa yang dialami oleh Abdullah bin Jahsyi dan Sa'ad bin Abi Waqqash.

Saat itu keduanya berada di sebuah tempat yang agak terpencil. Sa'ad bin Abi Waqqash berdoa, "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan musuh yang paling kejam dan jahat. Aku akan berkelahi dengannya dan berilah aku kemenangan."

Abdullah bin Jahsyi mengamini doa tersebut, seraya menambahkan, "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan musuh yang paling kejam dan jahat. Aku akan berkelahi dengannya dan aku tewas di tangannya. Dia kemudian memotong hidung dan telingaku."

Ketika Perang Uhud berakhir, ternyata Allah mengabulkan doanya. Para sahabat menemukan jasad Abdullah bin Jahsyi gugur seperti doanya. Hidung dan telinganya buntung, dan tubuhnya tergantung pada seutas tali.

Allah memuliakannya dengan pahala syahid bersama Hamzah bin Abdul Muthalib. Keduanya gugur dan dimakamkan dalam satu liang lahat. Air mata Rasulullah mengalir membasahi kubur mereka, menambah harumnya darah syahid yang tertumpah melumuri jasad.


View the original article here

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Berakhirnya Blokade

REPUBLIKA.CO.ID, Selama tiga tahun berturut-turut piagam yang dibuat pihak Quraisy untuk memboikot  Muhammad dan mengepung kaum Muslimin itu tetap berlaku. Pada saat  itu Rasulullah dan keluarga serta sahabat-sahabatnya sudah mengungsi ke celah-celah gunung di luar kota Makkah, dengan mengalami pelbagai macam  penderitaan. Sehingga untuk mendapatkan bahan makanan sekadar menahan rasa lapar pun tidak ada.

Rasulullah dan kaum Muslimin tidak diberikan kesempatan bergaul dan bercakap-cakap dengan orang lain, kecuali dalam bulan-bulan suci. Pada waktu itu orang-orang Arab berdatangan ke Makkah berziarah, segala permusuhan dihentikan—tak ada pembunuhan, tak ada penganiayaan, tak ada permusuhan, tak ada balas dendam.
Pada bulan-bulan itu Muhammad SAW turun, mengajak orang-orang Arab itu kepada agama Allah, diberitahukannya kepada mereka arti pahala dan arti siksa. Segala penderitaan yang dialami Rasulullah demi dakwah itu justru telah menjadi penolongnya.

Mereka yang telah mendengar tentang itu lebih  bersimpati  kepadanya,  lebih suka mereka menerima ajakannya. Blokade yang dilakukan Quraisy kepadanya, kesabaran dan ketabahan hatinya memikul semua itu demi risalahnya, telah memikat hati orang banyak.
Penderitaan yang begitu lama, yang dialami kaum Muslimin karena kekerasan pihak Quraisy—padahal mereka masih sekeluarga—menimbulkan simpati sebagian warga Quraisy. Banyak diantara mereka yang merasakan betapa beratnya kekerasan dan kekejaman yang dilakukan Quraisy. Dan sekiranya tidak ada penduduk Makkah yang bersimpati kepada kaum Muslimin, membawakan makanan ke celah-celah gunung tempat mereka mengungsi itu, niscaya mereka akan mati kelaparan. 

Dalam hal ini, Hisyam bin Amr termasuk salah seorang dari kalangan Quraisy yang paling simpati kepada Muslimin. Tengah malam ia datang membawa unta yang dimuati makanan atau gandum.  Ketika ia sudah sampai di depan celah gunung itu, dilepaskannya tali untanya lalu dipacunya supaya terus masuk ke tempat kaum Muslimin.

Merasa kesal melihat Muhammad dan sahabat-sahabatnya dianiaya sedemikian rupa, Hisyam pergi menemui Zuhair bin Abi Umayyah (Bani Makhzum). Ibu Zuhair adalah Atika binti Abdul Muthalib (Bani Hasyim).
"Zuhair," kata Hisyam, "Kau sudi menikmati makanan, pakaian dan wanita-wanita. Padahal seperti kau ketahui, keluarga ibumu tidak boleh berhubungan dengan orang lain, tidak boleh berjual-beli, tidak boleh saling mengawinkan. Aku bersumpah, bahwa kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibu—keluarga Abul Hakam bin Hisyam—lalu aku diajak seperti mengajak kau, tentu akan kutolak."
Keduanya kemudian sepakat akan sama-sama membatalkan piagam itu. Tapi  meskipun begitu harus mendapat dukungan juga dari yang lain, dan secara rahasia  mereka harus diyakinkan. Pendirian kedua orang itu kemudian disetujui oleh Mut'im bin Adi (Naufal), Abu Al-Bakhtari bin Hisyam dan Zam'ah bin Al-Aswad (keduanya Bani Asad). Mereka berlima lalu sepakat akan mengatasi persoalan piagam itu dan akan membatalkannya.
Dengan tujuh kali mengelilingi Ka'bah keesokannya pagi-pagi Zuhair bin Umayyah  berseru kepada orang banyak, "Hai penduduk Makkah! Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian padahal Bani Hasyim binasa tidak dapat mengadakan hubungan dagang. Demi Allah, aku tidak akan duduk sebelum piagam yang kejam ini dirobek!"
Abu Jahal, begitu mendengar ucapan itu, langsung berteriak, "Bohong! Tidak akan kita robek!"
Saat itu juga terdengar suara-suara Zam'ah, Abu Al-Bakhtari, Mut'im dan Amr bin Hisyam mendustakan Abu Jahal dan mendukung Zuhair.
Abu Jahal segera menyadari bahwa peristiwa ini akan terselesaikan juga malam itu dan orang pun sudah menyetujui. Kalau dia menentang mereka, tentu akan timbul bencana. Merasa khawatir, ia lalu cepat-cepat pergi.

Ketika Mut'im bersiap akan merobek piagam tersebut, dilihatnya sudah mulai dimakan rayap, kecuali pada bagian pembukaannya yang berbunyi: "Atas nama-Mu ya Allah..."
Dengan demikian terdapat kesempatan bagi Nabi SAW dan sahabat-sahabat untuk pergi meninggalkan celah bukit yang curam itu dan kembali ke Makkah. Kesempatan berjual-beli dengan Quraisy juga terbuka. Sekalipun demikian, hubungan antara keduanya masih seperti dulu; masing-masing siap-siaga bila permusuhan itu sewaktu-waktu memuncak lagi.
Setelah piagam disobek, Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya pun turun gunung. Seruannya dikumandangkan lagi kepada penduduk Makkah dan kepada kabilah-kabilah yang pada bulan-bulan suci itu datang berziarah ke Makkah. 

Meskipun ajakan Rasulullah sudah tersiar ke seluruh kabilah Arab di samping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, namun para sahabatnya masih tidak selamat dari siksaan Quraisy.


View the original article here

Sejarah Para Khalifah: Al-Qaim Biamrillah, Pemberani Namun Kejam

REPUBLIKA.CO.ID, Al-Qaim Biamrillah Abu Al-Baqa’, nama aslinya Hamzah bin Al-Mutawakkil. Ia dilantik sebagai khalifah (1455-1460 M) sepeninggal saudaranya. Al-Mustakfi Billah tidak memberikan wasiat kepadanya dan tidak pula kepada yang lainnya.

Dia dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani dan keras, namun tidak mampu menegakkan kekhilafahan kecuali beberapa sisinya saja. Dia terkenal sebagai seorang yang berwatak kejam, satu sifat yang sangat berbeda dengan saudara-saudaranya.

Pada masa pemerintahan Al-Qaim ini, Sultan Malik Azh-Zhahir Jaqmaq meninggal dunia pada awal 857 H. Setelah itu dinobatkanlah anaknya, Utsman, dan diberi gelar Al-Manshur. Namun kekuasaannya berumur pendek. Dia menjabat sebagai sultan hanya sebulan setengah.

Hal ini disebabkan karena Inal merebut kekuasaan dari Al-Manshur yang kemudian menangkapnya. Khalifah mengangkat Inal sebagai sultan pada Rabiul Awal. Dia bergelar Al-Asyraf. Setelah itu terjadi perseteruan sengit antara Khalifah Al-Qaim dan Sultan Al-Asyraf. Pasalnya, keduanya berbeda pendapat tentang pengiriman tentara.

Akhirnya khalifah diturunkan dari jabatannya pada Jumadil Akhir 859 H. Dia kemudian diungsikan ke Iskandariyah dan dipenjarakan di sana hingga wafat pada 863 H. Dia dimakamkan berdekatan dengan kuburan saudaranya, Al-Musta’in.

Kedua kakak beradik ini adalah dua khalifah yang sama-sama dicopot dari kursi kekhilafahan. Keduanya juga sama-sama dipenjarakan di Iskandariyah (Alexandria) dan akhirnya sama-sama dimakamkan di tempat itu.


View the original article here

Friday, May 20, 2011

Metodologi tabligh Wahabi untuk menentang Syiah (2)

Salah satu jalan baru propaganda Wahabi ialah menyebarkan perkara-perkara yang menentang Syiah daripada ulama Syiah. Dalam 2 – 3 minggu kebelakangan ini, isu ini telah didanai. Andainya anda menonton saluran-saluran Wahabi Safa, Wisal, dan Nur selama satu minggu, anda akan dapati salah satu perkara yang mereka singgung ialah ada di kalangan para ulama Syiah membicarakan perkara yang menentang Syiah. Contohnya seperti apa yang dikatakan sebagai Dr. Musa Musawi, cucu al-Marhum Sayyid Abul Hasan Esfahani, mereka telah banyak mengeluarkan biaya di dalam laman web, satelit dan kitab-kitabnya. Beliau telah menulis kitab yang bernama As-Syiah Wa Al-Tashih. Ayatullah al-Uzma Subhani menukilkan kepada saya dengan berkata, «من خودم از راديو شنيدم كه صدام مي‌گفت: اگر اين 8 سال جنگ ما عليه ايران، هيچ فايده‌اي نداشت جز اين‌كه اين كتاب توسط يك مرجع زاده نوشته شد، براي ما كافي است».  (Saya sendiri mendengar Saddam mengatakan, jikalau perang 8 tahun kita menentang Iran tidak memberi apa-apa faedah, tetapi cukuplah sebuah kitab yang ditulis oleh cucu seorang Marji).

Kitab ini dari awal sampai ke penghujungnya, tidak ada yang lain kecuali menghina dan melampaui batas terhadap Syiah dan tempat-tempat sucinya. Wahabi juga turut membina tugu dari buku daripada Musa Musawi ini. Salah seorang Marji’ Taqlid besar yang mungkin tidak reda kalau saya sebutkan nama beliau di sini, beliau terkenal sebagai seorang yang bersih, taqwa dan wilayah di kalangan penuntut agama. Beliau berkata kepada saya, “Saya tidak akan lupa Musa Musawi ini di Zaman Syah, ia seorang peminum arak, penzina dan pergi ke kelab-kelab malam, bersamanya ialah seorang bintang sinema.” Beliau juga bersama-sama dengan beberapa penari masyhur , memberi cek kepada mereka, lari dari Iran dan ceknya itu adalah cek tendang kemudiannya  tersebar dalam surat khabar. Ada orang memberitahu kepada saya, “Sudah tentu ia tahu memberi wang kepada mereka ini adalah haram, oleh itu cek yang tidak munasabah dikeluarkan. Ia mengatakan, “Beliau dilihat bertemu dengan bekas perdana menteri Syah, dan kepalanya dipakaikan topi, dan ia mengambil sejumlah wang dan melarikan diri”. Sekarang lihatlah golongan Wahabi hari ini mengambil individu seperti ini, dengan menyapurata satu kedudukan dan sekeliling yang ada padanya, mereka telah perkenalkannya sebagai seorang pemikir Syiah di mana ia mengistiharkan ‘Setelah ia tahu Syiah adalah sebuah mazhab yang sesat, ia menulis sebuah buku yang dinamakan Al-Syiah Wa Al-Tashih. Beliau hampir 7, 8 tahun yang lalu di Arab Saudi telah menderita penyakit barah akibat banyak meminum arak. Saya pernah menghubungi beberapa orang bapa saudara dan anak saudaranya di Masyhad, termasuk adik beradiknya di Tehran. Mereka berkata “Kami rasa malu, kami mengadakan majlis untuk merawat aib keluarga kami ini”.

Sekarang mereka buat boneka daripada Sayed Abu al-Fadhl Burqe’i sambil mewar-warkan beliau sebagai Ayatullah Uzma, kononnya beliau salah seorang ustaz hawzah ilmiyah Qom yang tersohor. Setiap hari rakaman beliau yang menghina symbol-simbol suci Syiah, penghinaan kepada para marji’ besar Syiah dan ejekan terhadap ziarah para Imam berkali ditayangkan berkali-kali dalam Saluran Nur, sementara dalam saluran-saluran Arab ditayangkan bersama sarikata sedangkan sejarah latar belakangnya sangat jelas. Memang benar beliau pernah berada di dalam Hawzah, iaitu di zaman Ayatullah Burujerdi, ia mengajar kitab Rasail dan makasib, dan disebabkan kebiadabannya terhadap Ayatullah Burujerdi di dalam Masjid Imam, penduduk Qom telah merusuh dan menyingkirkannya dari kota Qom. Beliau pergi ke Tehran dan membina masjid Wazir Daftar. Beberapa ketika beliau di sana, beliau masih meneruskan penghinaan dan pengikut Syiah di sana turut menyingkirkannya. Kitab Ibnu Taimiyah sejak dari kurun ke-tujuh sampai sekarang, sudah ada sebuah terjemahan Parsi yang dikarang oleh beliau sendiri. Beberapa tahun lalu kami ke Makkah, ketika kami masuk ke Baitullah Al-Haram, bungkusan jilid yang dimasukkan al-Quran kecil ke dalamnya, saya lihat salah satunya mengandungi terjemahan Minhaj Al-Sunnah Ibnu Taimiyah hasil bekas tangan Abul Fadhl Burqe’i. Ini benar-benar sebuah skandal. Namun beliau mempunyai hampir 70 karya dan buku. Daripada jumlah ini hampir 30 kitab menguntungkan Syiah dan 40 kitab menentang Syiah. Namun menjelang penghujung usia, beliau menyesal di atas kebiadabannya. Namun sesalan tidak lagi berguna:
وَ لَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآَنَ وَ لَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَ هُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

سوره نساء/آيه18

“Dan tidak ada gunanya taubat itu kepada orang-orang yang selalu melakukan kejahatan, hingga apabila salah seorang dari mereka hampir mati, berkatalah ia: “Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ini,” (sedang taubatnya itu sudah terlambat), dan (demikian juga halnya) orang-orang yang mati sedang mereka tetap kafir. Orang-orang yang demikian, Kami telah sediakan bagi mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya”. Surah Al-Nisa ayat 18.

Salah seorang sahabat-sahabat terdekat beliau sendiri, Husaini dan Rajani menukilkan dan menulis, “Beliau meninggal kerana penyakit tersebut. Kami telah pergi menjenguknya dan beliau membaca surat wasiatnya untuk kami dan berkata: Saya seorang Syiah yang percaya keimamahan dan kemaksuman 12 Imam. Dan saya pernah melakukan kesilapan”. Ketika beliau dikeluarkan dari Tehran, beliau pergi ke kampung Kun di kawasan Tehran dan tinggal di rumah anak lelakinya. Beliau berwasiat: “Jikalau pengikut Syiah mengizinkan, pusarakan jenazahku di dalam perkuburan sanak saudara Nabi Syuib (a.s) semoga baginda memberikan syafaat kepadaku dan Allah mengampuniku”. Sekarang kelancangan memerangi Syiah atau merosakkan pemikiran para pemuda adalah dengan memutarkan rakaman ucapan pendek beliau. Namun Uthman Khamis seorang pemuka ekstrim Wahabi dan pemikirannya dikenali ramai, kelancangan beliau telah menguntungkan Syiah dan sudah tentu Syiah dalam akidahnya sangat tegar. Oleh itu mereka terpaksa membawa seorang yang menyebabkan kita rasa tersinggung dan orang itu daripada seorang produktiviti Hawzah yang memperlihatkan penentangannya terhadap Syiah. Mereka perkenalkan satu watak seperti Sayid Abul Fadhl Burqe’i sebagai seorang tokoh Syiah terkemuka di mana beliau dahulunya seorang Syiah dan masuk Sunni. Beginilah cara mereka bercakap. Sekiranya mereka tidak menemukan seorang watak Syiah, mereka pasti menciptanya. Contohnya berbagai kitab yang dicetak di Arab Saudi dengan nama Ayatullah al-Uzma Subhani dan Allamah Askari. Ayatullah al-Uzma Subhani menulis dalam sepucuk surat kepada Dr. Qardawi: Apakah anda tidak punya maklumat bahawa di Arab Saudi dan Emirates, tidak berlalu satu hari melainkan ditulis sebuah risalah atau buku, atau makalah yang menyerang Syiah dan malangnya, ia sentiasa mengulang tuduhan-tuduhan palsu di mana puluhan kali jawapan sudah diberi…, mereka masih tidak cukup dengan ini, buku-buku mengkritik Syiah dengan nama Ulama Syiah telah dicetak dan disebarkan. Sehingga sebuah kitab yang dengan nama orang ini, dan sebuah kitab dengan nama al-Marhum Allamah Askari telah di cetak dan diterbitkan. Kedua-dua mereka ini diperkenalkan seorang muballigh Wahabi dan pengkritik Syiah”. Iaitu mereka tidak menimbul keraguan dengan mengadakan pemuka Syiah selaku pengkritik Syiah. Sehingga seorang saudara kita dari Afghanistan menelefon saya dan berkata, “Di sini mereka telah menulis sebuah kitab yang mengandungi kata-kata anda iaitu Qazwini telah menjadi Ahlusunnah dan menentang Syiah dan risalah-risalah telah mereka sebarkan”. Saya pun berkata, “Jikalau suara Ayatullah al-Uzma Subhani dan Allamah Askari tidak sampai ke seluruh dunia serta terbatas, saya dengan berkat Ahlul Bait (a.s) hadir bergiat dalam dialog Syiah – Wahabi, dan di dalam saluran Al-Mustaqillah, Nur, Salam dan Wilayah tidak sampai seminggu yang lalu saya ada program menentang Wahabi dan mempertahankan Syiah”.

Mereka sampai ke tahap ini mencipta perkara Syiah menentang Syiah. Atau seperti buku Lillah Thumma Li Tarikh telah diterjemahkan dengan nama ‘Ahlul Bait membela dirinya’, Arab Saudi telah mencetaknya dengan edaran berjuta naskah dan disebarkan ke seluruh negara-negara Islam. Dalam pertemuan saya dengan salah seorang ulama besar di Qatif di Makkah al-Mukarramah berkata, “Di kawasan Qatif dan Ahsha, buku ini diedarkan kepada pemuda-pemuda Syiah dari sebuah lori. Di mana sahaja mereka lihat orang beratur membeli roti atau selainnya, mereka akan bawa serta mengedarkannya dengan percuma”. Di Kuwait 100 ribu naskah buku ini telah dicetak dan disebarkan kepada orang ramai. Salah seorang ulama terkenal Syiah Kuwait, (bernama) Muhri secara rasmi memberi amaran kepada kerajaan Kuwait, “Jikalau penyebaran buku ini tidak disekat, Kuwait akan menjadi Lubnan ke-dua”. Mereka serta-merta menghalang penyebaran buku tersebut. Penulis buku ini juga adalah yang dikatakan sebagai Ayatullah Sayed Husain Musawi, salah seorang marji’ Syiah terkenal di Najaf. (kandungan buku tersebut) Ia pernah mengajar di sana selama beberapa ketika dan merasa ragu, lantas pergi mendapatkan jawapan daripada Ayatullah al-Uzma al-Khui, Ayatullah al-Uzma Sadr dan lain-lain lagi. Mereka tidak menjawab keraguan dan ia kembali kepada Ahlusunnah dan menjadi Wahabi. Hari ini mereka membina tugu Sayid Husain Musawi dan bukunya dicetak dan diedarkan ke negara-negara Islam dengan berjuta-juta naskah. Walau bagaimana pun banyak kitab telah ditulis untuk menyangkal bukunya. Salah satu buku terbaik ialah dikarang oleh ulama terkenal Saudi yang bernama Syaikh Ali Al Muhsin yang pernah menimba ilmu di Hawzah Ilmiyah Qom.  Kitab ini berjudul ‘Lillah Thumma Lil Haqiqah’. Hampir 15 kitab telah menjawab buku tersebut, dan ada di dalam beberapa laman web.

Di Pakistan, 3 juta pelajar Wahabi direkrut untuk menyebarkan kebudayaan Wahabi.

Di Afghanistan, pada tahun 1383 11 ribu madrasah dibangunkan untuk Wahabi di mana di Afghanistan sahaja ada 70 ribu pelajar Wahabi sedang direkrut.

Sebelum ini, pemimpin pelajar Ahlusunnah atau guru dari kota Timur dan Selatan telah dibawa ke Madinah untuk belajar di Universiti Madinah. Saya berusaha mengenal lebih dekat pembelajaran di sana. Tatkala pemergian mereka (pelajar) ke Arab Saudi menghadapi masalah, Saudi telah membina madrasah di Emirates yang boleh menempatkan 12 ribu pelajar. Beberapa kali pelajar dari Iran, Afghanistan dan Tajikistan dibawa ke Emirates. Wang yang banyak diberi kepada mereka untuk tabligh dan dikirim ke kampung-kampung. Para hadirin sekalian, demikianlah rumusannya.

««« و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته »»»


View the original article here

100 Soalan Kepada Sunni

Diterjemah oleh Rusyan Kari

Seratus soalan ini berasal dari tulisan Allamah Abdul Kareem Mushtaq, seorang ulama terkenal di Pakistan. Seorang sarjana Sunni yang masuk Syiah pada tahun 1960-an, beliau mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membela jalan kebenaran. Penulis lebih daripada tiga puluh buku, sebahagian besar karyanya adalah sanggahan untuk teks Nasibi yang menyerang Syiah. Beliau berjaya membungkam banyak ulama terkemuka yang membela Muawiyah (many leading lights of Muawiyah’s cause) seperti Muhammad Mazhar Qurayshi dan Qadhi Husain. Beliau kerap mematahkan hujah nasibi, lebih – lebih  ketidak upayaan  Mullah Marwani untuk menjawab buku-bukunya, menyebabkan mereka mencari jalan untuk menghalang pengedaran buku-bukunya melalui Mahkamah atas dasar bahawa “tidak menghormati para Sahabat’. Walaupun pelbagai usah dibuat bagi menyekat usaha beliau, Allamah Abdul Kareem Mushtaq tersu berjuang taanpa menghiraukan  ancaman bunuh terhadapnya oleh Nasibi. Beberapa buku karangannya yang masyhur seperti Furu-e-Deen, mengemukakan  seribu pertanyaan kepada Ulama Ahlul Sunnah untuk dibahaskan danChodha Masalai (balasan untuk 14 soalan yang biasanya diajukan terhadap Syiah). Beliau juga  pemidato ulung serta penulis yang produktif di mana  ribuan orang di Pakistan bertukar ke jalan kebenaran, melalui usaha – usaha yang beliau lakukan.

Malangnya usaha – usaha dan kecemerlangan beliau dalam pencerahan dan  ketidakupayaan Nasibi untuk menjawab buku-bukunya, membuatnya menjadi sasaran langsung. Nasibi akhirnya mengambil jalan mudah untuk melenyapkan Allamah Abdul Kareem Mushtaq dengan cara menembaknya di Lahore pada pertengahan tahun 90-an. Walaupun beliau telah syahid, namun jasanya dan kenangan kepadanya terus segar, tulisan-tulisannya menjadi  sumber inspirasi besar kepada pencinta Ahlul Bait.

Soalan – soalan yang dipersembahkan dalam tulisan ini adalah dipeti dari bahagian kedua buku Abdul Kareem Mushtaq’s, Ushul-e-Deen. Pada pandagan kami, Inilah seratus soalan yang terbaik yang boleh kita semua manfaatkan. Sebenarnya, Allamah telah memetik buku edisi Urdu, namun  kami menukarkan  teks tersebut kepada edisi Bahasa Inggeris, untuk memastikan bahawa rujukan boleh diperolehi dengan lebih mudah. Semoga Allah (SWT) merahmati Allamah Abdul Kareem Mushtaq atas usahanya dan menempatkannya di syurga bersama para Imam (as).  Semoga warisannya (buku-bukunya) terus menjadi sumber pedoman bagi kita semua. Semoga Allah (SWT) juga menerima niat kami, dan memberkati Rasulullah SAW dan keluarganya disucikannyanya. Amin.

Seratus soalan berikut ini dikemukakan bagi mendapatkan penjelasan  Ahlul Sunnah Wal Jamaah (ASWJ) mengenai persoalan – persoalan tersebut. Soalan – soalan Ini wajar dimanfaatkan oleh saudara kita dari mazhab Ahlul Sunnah wal Jamaah untuk menilai kebenaran mazhab mereka secara adil, bebas dari belenggu prasangka buta yang  lahir dari doktrin orang terdahulu.

1. Semua perkara dikenali melalui namanya. Allah SWT pertama kali mengajarkan nama-nama benda kepada Bapa Manusia, iaitu Nabi  Adam (as). Mazhab ASWJ juga mempunyai nama iaitui Sunni, Ahlus Sunnah  atau Ahlul Sunnah wal Jamaah. Oleh itu, kemukakan ayat Al-Quran yang menyebut salah satu nama tersebut.

(It is an established fact that all things are recognised by their name, even Allah (swt) first taught names to the father of Mankind Adam (as). Your sect also has names such as Sunni, Ahl’ ul Sunnah or Ahl’ul Sunnah wa al Jamaah. Direct us towards any such verse of the Qur’an wherein any of these names have been indicated.)

2. Jika nama – nama ini tiada dalam Al-Quran, adakah ada dalam hadis Rasulullah SAW? Kemukakan hadis  ’marfuu’ ‘mutawatir’ atau ‘sahih’ yang dinyatakan dari kitab ASWJ dengan sumber lengkap (tajuk buku, versi, muka surat, edisi) di mana nama Sunni, Ahlul Sunnah dan Ahlul Sunnah wal Jamaah telah disebutkan oleh Rasulullah (saww) sebagai mazhab Islam.

(If these titles cannot be located in the Qur’an could you produce this title from any hadith of the holy prophet (s)? Produce any such ‘mutawatir’ ‘marfuu’ or ‘saheeh’ narration from your books with a complete source (meaning the name of the book, version number, page number, edition etc) wherein the names Sunni, Ahl’ul Sunnah and Ahlul Sunnah wa al Jamaah have been mentioned by the holy prophet (saww) as a sect of Islam.)

3. Jika nama ASWJ tiada dalam hadis, maka sekurang-kurangnya nyatakan tarikh, bulan dan tahun hijrah, bilakah nama-nama ini mula digunakan oleh anda?

(If these are not to be found in the hadeeth, then at least come up with an exact date, month and year of hijrah from the history of Islam when these names were adopted as your identity.)

4. Dengan nama apakah mazhab anda dikenali sebelum anda menggunakan nama-nama ini?

(What were you famously known as before adopting these names?)

5. Mengapa anda meninggalkan nama – nama terdahulu (sebelum ini)?

(Why have you forsaken your previous title?)

6. Menurut mazhab anda, setiap perkara baru dalam Islam adalah bid’ah. Oleh itu,  memperkenalkannya juga merupakan bid’ah. Siapakah orang yang mula – mula sekali memperkenalkan bid’ah ini dalam sejarah umat Islam?

(According to your sect, an introduction of any new thing to Islam constitutes bid’a, therefore to effectuate such an introduction is also a bid’a, so who was the person responsible for introducing this bid’a?)

7. Bolehkah anda nyatakan makna Sunni, Ahlus Sunnah dan Ahlul Sunnah wal Jamaah (lengkap dengan bukti)?

(Could you provide decisive evidence with regards to the meanings of Sunni, Ahl Sunnah and Ahl’ul Sunnah wal Jamaah?)

8. Mana yang paling lama dari tiga nama ini?

(Which one is the most ancient of the three titles?)

9. Yang mana dari salah satu daripada tiga nama ini yang anda anggap sebagai terbaik?

(Which one of the three titles do you consider the best?)

10. Mengapa baki dua lagi nama agak kurang baik? Yang mana dari dua nama itu adalah paling ‘kurang baik’ dan apakah alasannya ?

(Why are the remaining two of lesser merit? Which one of those two is the least and what is the reason behind it?)

11. Perkataan ‘Syiah’ ada tercatat dalam Al-Quran dan hadis dan hazrat Ibrahim (as) juga telah bernama ‘Syiah’. Adakah anda setuju dengan kenyataan ini?

(The title ‘Shia’ is present in the Qur’an and the hadeeth and Hardhat Ibraheem (as) has also been named a Shia. Do you accept this?)

12. Jika anda setuju, maka apa tafsir anda bagi perkataan ‘Millat Ibrahim’ dalam  mazhab anda? Dan jika anda tidak menerimanya, sila beri alasan mengapa perkataan ‘Syiah’ telah digunakan dengan merujuk kepada Nabi Ibrahim (as)?

(If you do accept this, then what you do mean by ‘Millat e Ibraheem’ in your sect? And if you don’t accept this then please give us a reason as to why the word Shi’a has been used with reference to Prophet Ibraheem (as)?)

13. Adakah penentang  nama  ’Syiah’ bukan merupakan penentang terhadap Quran dan perkataan Rasulullah SAW  kerana berdasarkan hadis nabi, nama  ‘Syiah’ telah dikaitkan dengan Ali (as), Fatima (as) dan Ahlul Bayt (as)?

(Does opposition to the title ‘Shia’ not constitute opposition to the Qur’an and the sayings of the holy prophet (s) when this title has been related to Ali (as), Fatima (as) and the Ahlul Bayt (as)?

14. Jika ya, apakah hukum menentang  Allah (SWT) dan Rasul-Nya? Jika tidak, maka kemukakan hadis dengan bukti untuk menyokong pendirian anda?

(If it is then what is the punishment for opposing Allah (swt) and His Messenger? If it is not, then present an explicit narration with evidence to support your position?)

15. Pendirian Islam dan penerusannya oleh setiap generasi adalah wajib. Oleh kerana itu, pada zaman para Sahabat dan Tabiin apa nama yang digunakan?

(The religion of Islam is established and its continual existence through every generation is a necessity. Hence, during the period of the Sahaba and the Tabe’een what titles were used?)

16. Yang mana dari salah satu nama-nama  ini adalah yang tertua? Nyatakan dengan bukti.

(Which one of these titles was the oldest? Narrate with evidence.)

17. Jika nama ‘Syiah’ yang digunakan sebagaimana telah disahkan oleh Shah Abdul Aziz Muhaddas Dahlavi dalam Taufa Ithna Ashriyya, maka semua para sahabat, Tabiin  dan Taba Tabiin adalah Syiah. Tidakkah kebencian anda terhadap nama syiah itu memperkecilkan sahabat?

(If it is Shi’a that was in use as has been confirmed by Shah Abdul Aziz Muhaddas Dahlavi in Taufa Ithna Ashriyya, then all the Sahabah, Tabe’een and Taba Tabe’een were Shia’a. Does your hatred to a title used by these great personalities not discredit their name?)

18. Dengan 17 di atas, mengapa anda mengatakan bahawa Syiah yang membunuh Imam Husain (as)?

(With questions 17 in mind, why do you say that the Shi’s martyred Imam Husayn (as)?

19. Apa definisi ‘Syiah’ dalam mazhab anda? Sebutkan dengan sumber rujukan.

(What is the definition of Shi’a in your sect? Mention it with a lexical reference.)

20. Berikan definisi ‘nasibi’ dan ‘rafidhi’ secara terperinci dengan rujukan.

(Define Nasibi and Rafidhi in detail with lexical reference.)

21. Adakah anda percaya dengan ‘Tauhid’  Allah (SWT)? Jika anda percaya, maka adakah  zat (essence) Allah (SWT) Wajibul Wujud atau Mumkinul Wujud?

Wajibul Wujud: Kepercayaan pada: Allah selalu wujud, akan selalu wujud, tidak memiliki batas-batas atau had-had

Mumkinul Wujud: Kepercayaan pada: Mungkin Allah tidak selalu wujud, mungkin Dia tidak kekal, dan Dia mempunyai batas-batas (na’uzubillah).

(Do you believe in the ‘Tawheed’ of Allah (swt)? If you do, then is the essence of Allah (swt) Wajibul Wujood or Mumkinul Wujood?

Wajibul Wujood: Belief in: Allah has always been, will always be, has no boundaries or limitations

Mumkinul Wujood: Belief in: May be Allah has not always been (in existance), may be He might not be forever, and he has boundaries.)

22. Jika Allah (SWT) adalah Wajibul Wujud lalu,  apa pendapat anda dalam hal Hulul seperti Maulana Room telah menulis dalam kaitannya dengan Bayazeed Bistami:

Baa Mureedaan Aan Fakeere Muhtasham,

Baayazeed Aamad ke yek Yazdaal Manam

Beri kami butiran  terperinci tentang itu.

Hulul: Ertinya, sebuah keyakinan bahawa Allah dapat turun dalam setiap tubuh makhluk hidup, dan berkomunikasi secara Rohani dengan makhluk.

(If Allah (swt) is Wajibul Wujood then what is your belief with regards to Hulool like Maulana Room has written in relation to Bayazeed Bistami:

Baa Mureedaan Aan Fakeere Muhtasham,

Baayazeed aamad ke yek Yazdaal Manam

Give us a detailed account of it.

Hulool:

Meaning, a belief that God can descend in any living being’s body, and so communicate spiritually with the being.

(Nota penterjemah:  hanya sesuai ditanyakan kepada orang yang percaya hulul)

23. Adakah anda menganggap Allah sebagai A’lam (berpengetahuan) atau A’lim (pemilik pengetahuan tak terbatas)? Jika A’lam, maka buku terbesar kamu selepas Al-Quran, “al Sahih Bukhari” hadis nombor 371 Volume 6:

“Sabda Rasulullah SAW: “ Manusia akan dicampakkan ke dalam neraka dan berkata: “adakah ada lagi yang akan datang?(50:30) hingga Allah letakkan kakinya ke dalamnya dan mereka berkata ‘cukup! Cukup! “

Soalan saya, ketika Allah mencipta neraka, adakah pada awalnya Allah swt tidak mengetahui saiz yang diperlukan sehingga Dia terpaksa membesarkannya semula di masa hadapan, dengan memasukkan kakinya?

(Do you regard Allah as Aalam (knowledgeable) or Aleem (possessor of infinite knowledge)? If Aalam, then your greatest book after the Qur’an, “Sahih al Bukhari” Volume 6 hadith number 371:

“The Prophet (saws) said, “The people will be thrown into the (Hell) Fire and it will say: ‘Are there any more (to come)? (50:30) till Allah puts his foot over it and it will say ‘Qat! Qat!” (Enough! Enough!)”

I ask, while creating Hell, did Allah under estimate its size to such an extent that he deemed it necessary to place his leg in to expand it at a later date?)

24. Adakah Allah bukan pemilik kekuatan ‘Kun Fayakun (semuanya)? Jika ya, mengapa Dia tidak mengehadkan neraka (bilangan penghuni) dengan perintah yang ringkas (tak perlulah tanya penghuni neraka dan letak kaki-Nya?)

(Is Allah not the possessor of the power of ‘Kun Fayakun (everything)? If He is, then why can’t he just limit hell with a simple command?)

25. Di antara keyakinan anda adalah kenyataan bahawa baik dan jahat berasal dari Allah [swt], bererti bahawa Allah [swt] adalah sumber kejahatan juga (astaghfirullah)? Buktikan kepercayaan ini secara intelektual.

(Among your beliefs is the fact that good and evil comes from Allah[swt], mean that Allah[swt] is the source of evil as well (astaghfirullah)? Prove this belief intellectually.)

26. Anda mempunyai enam Kalimah, yang disebut ‘Radde kufur’ di mana anda lakukan tabarra. Seperti pada:

Fatabarra’tu Minal Kufri wash Shirki wal Kidhb.

(Aku memisahkan diriku dari syirik dan kufur)

Adakah anda menganggap melakukan ‘tabarra’ sebagai dibenarkan?

(nota penterjemah: hanya sesuai ditanyakan kepada yang percayakan Radde Kufr)

27. Jika anda menganggap halal, maka mengapa anda mengutuk Syiah? Dan jika anda mengatakan perkara itu dilarang (tak boleh buat) mengapa perlu ada kalimah keenam anda di mana anda melepaskan diri dari kafir? Bukankah lebih baik untuk menerima bahawa

tabarra

adalah cara memisahkan diri dari kafir?

28. ‘Laa absaar tudrukuhul’ adalah kata-kata Al-Quran, terjemahkannya dan jelaskan makna ‘Lan Taraani’.

(‘Laa tudrukuhul absaar’ are Qur’anic words, translate them and clarify the meaning of ‘Lan Taraani’.)

29. Ketika Rasulullah SAW Mi’raj, adakah baginda telah diberikan keistimewaan untuk melihat Allah (SWT)? Jika ya, kemukakan kami satu hadis dengan sumber lengkap dan rujukan di mana Rasulullah SAW menggambarkan wajah Allah (SWT).

(When the holy prophet went on Mi’raj, was he blessed with the sight of Allah (swt)? If he was, provide us with a hadeeth with a complete source and reference wherein the holy prophet describes the appearance of Allah (swt).

30. Jika Allah berada di balik tabir dan Rasulullah SAW hanya mendengar suara-Nya maka mengapa Rasulullah SAW tidak dibenarkan melihat wajah Allah (SWT) yang indah?

(If Allah was behind the veil and the holy prophet had just heard His voice then why was the holy prophet deprived of seeing the beautiful appearance of Allah (swt)?)

31. Apa dasar kepercayaan anda mengenai melihat Allah, Al-Quran atau Hadis? Jika Al-Quran, berikan kami ayat mengenainya dan jelaskan sama ada terdapat  percanggahan dengan ayat yang lain kerana kata-kata Allah adalah bebas dari percanggahan. Jika hadis, maka kemukakan hadis tersebut dalam kaitannya dengan Al-Quran.

(What is the basis of your doctrine of God’s visibility, the Qur’an or Hadeeth? If it is the Qur’an, then provide us with the verse and justify the contradiction as God’s words are devoid of any contradiction. If it is hadeeth, then present it in relation to the Qur’an.)

32. Walupun anda tidak menganggap sahabat sebagai maksum dan menerima bahawa mereka juga melakukan dosa, anda menganggap adalah salah untuk mengkritik mereka kerana menghormati mereka. Anda mensucikan mereka dengan cara tidak menyebut kejahatan mereka, yang membuktikan fakta bahawa, untuk menghormati keperibadian yang terhormat dan bermartabat, dia perlu dijauhkan dari dosa dan diperlakukan sebagai orang yang bebas daripada kesalahan. Konsep ini secara istilahnya adalah kemaksuman. Lalu mengapa anda membantah Rasulullah SAW yang suci sebagai maksum? Jika anda menganggapnya sebagai dosa untuk memanggil para sahabatnya sebagai orang berdosa, mengapa anda menolak kemaksuman Rasulullah SAW?

(Despite the fact that you do not regard the companions as infallible and accept the notion of them committing sins, you consider it wrong to criticise them due to the respect you afford them. You regard their holiness to be in keeping evil off them, which proves the fact that, for the honour of a respectable and dignified personality it is necessary that he is kept away from sins and treated as immune from defects. This concept is infallibility in all but name. Then what objection do you have in considering the holy prophet as infallible when you consider it a sin to call his companions as sinners and reject the infallibility of the holy prophet himself?)

33. Pada mazhab ASWJ, bukan Allah yang memilih orang untuk jawatan Imamah atau Khilafah tetapi ia berdasarkan pilihan manusia. Oleh itu, Imamah tidak merupakan sebahagian daripada doktrin Islam anda. Oleh kerana Khilafah tidak mempunyai kaitan dengan agama, sebaliknya anda menganggapnya (kekhalifahan) sebagai sesuatu di luar agama, jadi, mengapa anda terus-menerus berdebat dengan Syiah dalam hal ini? Bukankah ini percanggahan? Bukankah pada anda, imamah ini isu politik sahaja?

(To you it is not God that nominates people for the post of Imamah or Khilafah but it is based on the choice of human beings that is why the doctrine of Imamah does not form part of your Islamic doctrine. When Khilafah does not have a religious place to you at all, but you regard it as something outside of the Deen then why do you constantly engage in debates with the Shi’a on this? Is this not a contradiction? Why do you not confine political issues to politics only?)

34. Jika Khilafah atau Imamah adalah masalah agama maka seperti juga Al-Quran, Sunnatullah juga tidak berubah. Oleh itu, dari Adam (as) sampai Nabi Isa (as), namakan mana-mana nabi yang salah satu sahabatnya telah dipilih sebagai wasi yang menafikan hak keluarga nabi tersebut tentang hak yang sama.

(If Khilafah or Imamah is a matter of religion then as per the Qur’an, the Sunnah of God does not change. Therefore, beginning with Adam (as) through to the prophet Isa (as), name any prophet after whom one of his companions had been chosen as his vicegerent without gap, depriving the members of that prophet’s household of the same right.)

35. Jika tidak ada nabi sebelum Rasulullah SAW mempunyai wasi (waris) yang bukan dari ahli keluarga dekatnya lalu mengapa Sunnah Allah (SWT) berubah berhubung dengan Rasulullah SAW? Berikan ayat al Quran dan sebuah hadis yang menerangkannya untuk membuktikan perubahan tersebut.

(If none of the prophets preceding the holy prophet had a vicegerent who wasn’t from his near of kin then why was the Sunnah of Allah (swt) changed in relation to Rasulullah (s)? Refer us to the verse and a hadith of commentary to prove such a change.)

36. Slogan “Naara takbir Allahu Akbar, Naara Risaalat Ya RasuluLlah dan Naara Hayderi Ya Ali” telah dipraktikkan selama berkurun-kurun tetapi baru-baru ini anda telah memperkenalkan slogan baru “Naara Khilafat Haq Chaar Yaar” yang bererti bahawa hanya empat orang berhak atas jawatan Khalifah (Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali). Mulla Ali Qari dalam Syarah Fiqh Akbar, muka surat 176, menganggap Yazid Bin Muawiyah sebagai Khalifah keenam selepas Rasulullah SAW. Bagaimana dengan Khalifah – khalifah yang lain? Adakah Rasulullah SAW  tidak menyatakan bahawa akan ada dua belas Khalifah? Sebutkan nama 12 khalifah itu.

(The slogans “Naara Takbeer Allahu Akbar, Naara Risaalat Ya Rasoolullah and Naara Hayderi Ya Ali” have been in practice for centuries but just recently you have introduced a new one “Naara Khilafat Haq Chaar Yaar” which signifies that only those four personalities have the right over the post of Khilafat. Mulla Ali Qari in Sharh Fiqh Akbar, Page 176, considers Yazeed Bin Muawiyah as the sixth Khalifah of the holy prophet. What about the rest of khalifahs of Khilafah? Did the holy prophet not state that there will be twelve khalifahs? Mention their names.)

37. Semua pencinta Ahlul Bait memperakukan bahawa Tuhan  mereka adalah Allah, Rasul mereka adalah Muhammad SAW, Maula mereka adalah Ali (as) tetapi tiada seorangpun dari mereka berani menyatakan ‘Empat Orang Benar’ (Khulafa’ Rashidun?) tidak boleh dikritik. Jadi beritahu kami, apakah ini slogan untuk lelaki sahaja atau untuk lelaki dan perempuan?

Nota: Slogan asal dalam Bahasa Urdu, menggunakan karya “Yaar”, yang juga boleh digunakan sebagai “rakan yang sangat dekat”. Oleh itu, di India & Pakistan, perempuan ragu – ragu untuk menggunakan slogan ini.

(Our mothers and sisters will proclaim their God is Allah, their apostle the holy Prophet and their Maula, Ali (as) but none of them would dare proclaim ‘Our Four Rightful Men’ out of modesty considering it as an abuse. Then tell us, is this slogan for men only or for both men and women?

Note: The original slogan in Urdu, uses the work “Yaar”, which can also be used as “very close friends”. In India & Pakistan, therefore women hesitate to use this slogan.)

38. Diriwayatkan secara tradisi bahawa pedang dibawa untuk Ali (as) dari Syurga, malaikat turun ke bumi untuk membantu Hazrat Fatima (as)  memasak batu gerinda (chakki) dalam masakan, Ridhwan telah muncul dalam bentuk penjahit pakaian dan membawa pakaian kepada Imam Hassan (as) dan Imam Husain (as), boleh anda  rujuk kepada mana – mana hadis di mana bahkan satu sarung kaki dilaporkan telah diturunkan oleh malaikat kepada Abu Bakar, Umar, Usman dan seseorang seperti mereka.

(It is reported in the traditions that a sword was brought for Ali (as) from heaven, angels came down to earth to assist Hadhrath Fatima (as) in revolving the grinding stones (chakki) in cookery, Ridhwan had appeared in the form of a tailor and brought clothes for Imam Hassan (as) and Imam Hussain (as), could you please refer to any hadeeth wherein even one sock is reported to have been revealed for Abu Bakr, Umar, Uthman and their like.)

39. Apakah pandangan anda tentang iman Hazarat Fatima (as)?

(What is your position regarding the faith of Hadhrath Fatima (sa)?)

40. Jika Fatimah as adalah seorang Mukminah,  maka bolehkah  mematuhinya? Kerana setiap sahabat adalah Adil, bukankah mengikuti salah seorang daripada mereka merupakan jalan keselamatan?

(If she was a Mu’menah then is it permissible to obey her or not? When every companion is Adil ( Just ), is following one of them a way of salvation?)

41. Jika tidak (tidak boleh patuh), beritahu kami mengapa Rasulullah SAW  bersabda, “Fatimah bahagian dari diriku, dan siapa yang membuatnya  marah, membuat saya marah.” (Sahih al Bukhari Volume 5 hadis 61).

(If not then tell us why did the holy prophet say, “Fatima is a part of me, and he who makes her angry, makes me angry.”)

42. Jika dibolehkan untuk mematuhi Fatimah, maka diriwayatkan dalam Shahih Bukhari bahawa Hazrat Sayyedah Fatimah as tidak menyenangi dua syaikh (Abu Bakar dan Umar). Malahan Fatimah as telah mengarahkan dalam wasiatnya bahawa mereka tidak boleh mengambil bahagian dalam majlis pemakamannya.

(If it is permissible to obey her then it is reported in Saheeh Bukhari that Hadhrath Sayyedah Fatima was displeased with the two shaykhs. She had even instructed (in her will) that they should not participate in her funeral procession.)

43. Jika murka Hazrat Fatimah terhadap dua syaikh(Abu Bakar dan Umar) adalah tidak bercanggah dengan Islam, maka mengapa  anda mencintai dua Syaikh (Abu Bakar dan Umar)? Allah [swt] menganggap murka-Nya dan Fatimah adalah sama, dan Sayyedah Fatima meninggal dalam keadaan marah kepada dua Shaikh (Abu Bakar dan Umar).

(If Hadhrath Fatima’s displeasure towards the two shaykhs was not against Islam then why is it important upon the general mass to love them? Allah[swt] deemed His anger and Fatima’s to be the same, and Syeda Fatima left the earth angry with the 2 Shaykhs.)

44. Anda berpendapat bahawa tidak ada beza antara Ali (as) dan tiga sahabat (Abu Bakar, Umar dan Uthman). Katakanlah saya menerima pendapat itu, tetapi saya ingin beritahu anda bahawa saya sangat menghormati Sayyedah Fatimah (as) yang merupakan sebahagian daripada Rasulullah SAW. Dia (Fatimah as) mempunyai keutamaan iaitu setiap kali dia muncul di hadapan Rasulullah SAW, baginda selalu  berdiri sebagai tanda kehormatan menyambut Sayyedah Fatimah as. Oleh kerana itu, adakah mengikuti keperibadian hormat (Fatimah as) boleh menjadi penyebab keselamatan atau tidak? Jelaskan dengan mengambilkira hadis – hadis dalam Sahih Bukhari dan Muslim mengenai hal ini.

(You are of the opinion that there had been no opposition between Hadhrath Ali (as) and the three companions. Suppose I accept that, but let me tell you, I have a very deep respect and honour for the pure lady Fatima (as) who was part of the flesh of the holy prophet (saww) and she has this esteem to her credit that whenever she appeared in the presence of the holy prophet (saww) he used to stand up as a welcoming gesture of honour to her. Therefore, will following such a respectful personality be a cause of salvation or not? Decide by keeping Bukhari and Muslim before your sight.)

45. Apabila Rasulullah SAW wafat, adakah Rasulullah SAW meninggalkan Al-Quran kepada umatnya atau tidak?

(While departing from this world, did the holy prophet (saww) leave the Qur’an with the ummah or not?)

46. Jika ya, maka mengapa perlunya pengumpulan Al-Quran? Dan mengapa umat kekal dalam keadaan tiada Al-Quran sehingga zaman pemerintahan Uthman?

(If he did then why did the need for the collection of the Qur’an arise? And why were the Ummah kept without the Qur’an till the period of Uthman?)

47. Jika Rasulullah SAW tidak meninggalkan Al-Quran kepada umat sebelum kewafatannya,  maka tugas Risallah tidak tercapai kerana tujuan kedatangannya adalah untuk menyampaikan mesej dari Allah untuk umat. Jadi, bagaimana dikatakan bahawa  agama telah lengkap?

(If the holy prophet (saww) did not leave the Qur’an with the Ummah prior to his departure then the task of Risallah was not accomplished because the purpose of his arrival was to convey the message of Allah to the ummah. How then is the religion complete?)

48. Terdapat banyak riwayat dari Imam Muslim yang menyusun ayat-ayat al Quran yang membuktikan bahawa Rasulullah SAW sendiri mengarahkan al-Quran ditulis dan dipelihara. Tetapi agak mengejutkan kami, setelah Rasulullah SAW wafat hingga ke zaman Uthman, adakah orang tiada Al-Quran? Bolehkah anda jelaskan mengapa ada jurang masa dari wafatnya Rasulullah hingga ke zaman Ustman terjadi?

(You make a long list of Muslims who compiled the revelations which proves the fact that the holy prophet (saww) had himself been causing the Qur’an being written and preserved it. But to our surprise, after the holy prophet (saww) up until the period of Uthman, people could not get the Qur’an. Could you explain why this gap occurred?)

49. Anda bangga dengan penghafaz Al-Quran dan bahkan mendakwa bahawa terdapat ramai sahabat Rasulullah SAW yang hafaz al Quran. Lalu, beritahu kami, antara Ali (as), Abu Bakar, Umar dan Uthman, siapa paling arif mengenai Al-Quran? Berikan jawapan anda dengan sumber yang lengkap dan dengan rujukan kepada kitab – kitab anda.

(You are proud of the memorizers of the Qur’an and even claim the fact that there had been many such people among the companions of the holy prophet. Then, tell us, from among Ali (as), Abu Bakr, Umar and Uthman who knew the Qur’an by heart? Give your answers with complete sources and refer to your books.)

50. Jika tidak ada seorangpun dari tiga sahabat tersebut telah menghafaz Al-Quran, maka mengapa mencemuh Shiah walaupun banyak penghafaz al Quran adalah Syiah?

(If none of the three companions had been Haafidh of the Qur’an then why scoff the Shias despite the presence of many Haafidh among them?)

51. Dalam kitab yang masyhur dari mazhab ASWJ, ‘Itteqaan’ oleh Suyuti, vol. 1 halaman 59, diriwayatkan bahawa Ali (as) pernah mengatakan kepada Abu Bakar bahawa:

“… penambahan telah dibuat terhadap Al-Quran dan hati saya memberitahu saya bahawa selain dari salam, saya tidak akan memakai jubah sehingga saya(‘Ali)  telah selesai mengumpulkan Al-Quran, dan Abu Bakar berkata, anda mengatakan hal yang benar.”

Hadis ini diriwayatkan oleh  Akramah ini yang merupakan tokoh Sunni yang dipercayai. Setiap Sunni menerima laporan ini sebagai benar. Apakah ini bukan bukti yang cukup bahawa selepas wafatnya Rasulullah SAW, mazhab anda telah memakwilkan  firman Allah (SWT) yang melakukannya adalah Imam Muslim sendiri. Jadi, apa lagi bukti yang  boleh anda berikan untuk mengatakan bahawa Al-Quran bebas daripada Tahreef (penambahan)?

(In a reliable book of your sect, ‘Itteqaan’ by Suyuti, vol. 1 page 59, it is narrated that Ali (as) had once told Abu Bakr that an addition was being made to the Qur’an and that my heart tells me that apart from the salaam, I am not going to wear my robe up until I have collected the Qur’an, to which Abu Bakr said, you saw the right thing. This report has been received from Akramah who is a reliable leader of the Sunnis and every Sunni accepts this report as correct. Is this not a sufficient proof that after the departure of the holy prophet (saww), according to your sect efforts were made to interpolate the word of Allah (swt) and obviously the doers of that were Muslims themselves? What evidence can you then produce in support of the Qur’an being free from Tahreef (addition)?)

52. Diriwayatkan dalam shahih Bukhari bahawa Rasulullah SAW pernah terlupa ayat Al-Quran.  Jika pembawa al Quran, Rasulullah SAW sendiri lupa,  maka  kebenaran ayat al Quran boleh diragui, yang boleh menyebabkan Al-Quran tidak dipercayai. Tidakkah riwayat seperti itu menimbulkan keraguan tentang kedudukan Al-Quran dan Rasulullah  SAW? Jika Rasulullah SAW boleh salah dalam kaitannya dengan Al-Quran, maka baginda SAW juga boleh jadi lupa (na’uzubillah) pada sunnah juga? Dalam perkara ini (keaslian Al-Quran dan Sunnah), bagaimana mazhab anda boleh dikatakan mazhab yang benar?

(Lihat juga: Sunan Abu-Dawud, laman 350)

(It is narrated in saheeh Bukhari that the holy prophet used to forget the Qur’an? If the bearer of the book, the prophet himself forgets it then the word’s correctness becomes doubtful, which makes the Qur’an unreliable. Does such a narration not create doubts on the status of the Qur’an and Rasul’Allah? If Rasul’Allah (s) can err in relation to the Qur’an then does this not also mean he can forget on the Sunnah as well? When the authenticity of the Qur’an and Sunnah comes into question, how can your sect be the true one?)

53. Dalam banyak kitab – kitab hadis anda, ada berbagai laporan bahawa Al-Quran telah diubah (Tahrif). Sebagai contoh disebutkan dalam kitab al Itteqaan bahawa:

Surah al-Ahzab mempunyai dua ratus ayat sebelum dan sekarang hanya 73 ayat.

Bagaimana dengan bakinya (400-73=127 ayat)? Jika ayat – ayat tersebut telah dibatalkan, mana ayat-ayat yang telah turun untuk membatalkan ayat – ayat tersebut? Demikian pula dalam Itteqaan vol. 2, halaman 25 Abdullah Ibnu Umar menyatakan bahawa:

“tidak seorangpun dari anda pernah harus mendakwa telah menerima Al-Quran secara keseluruhan, yang ada hanya yang tertinggal sahaja (rather what remains).

Adanya laporan tersebut menunjukkan bahawa menurut mazhab anda Al-Quran telah diubah. Bolehkah anda jelaskan?

(In your innumerable books of hadeeth, there are various reports that the Qur’an has Tahreef in it. For instance it’s mentioned in al Itteqaan that Surah Ahzaab had two hundred verses before and now it has 73 verses. What happened to the rest? If they were abrogated then refer us to those verses that came down to abrogate them? Similarly in Itteqaan, vol. 2, page 25 Abdullah Ibn Umar states that none of you should ever claim to have received the whole Qur’an, rather what remains. The presence of such reports shows that according to your sect the Qur’an has been changed. Can you elaborate?)

54. Bolehkah Rasulullah SAW melarang apa yang telah dibenarkan oleh Allah? Bolehkah anda jawab berdasarkan ayat Al-Quran?

(Can the apostle forbid what has been allowed by Allah? Can you reply by relying on a Qur’anic verse?)

55. Apakah ada orang dalam kalangan umat yang diberi kuasa untuk melarang apa yang telah dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya?

(Is anyone from among the ummah authorised to forbid what has been allowed by Allah and His messenger?)

56. Allamah Shibli Nu’mani dalam

al Farooq,

muka surat  217 dari Shahih Muslim meriwayatkan bahawa Umar pernah mengatakan bahawa dua Mut’ah dibenarkan selama masa Rasulullah SAW  tapi aku melarang mereka sekarang dan ia adalah Mut’ah Haji dan Mut ‘a-Nisaa (perempuan). Bolehkah Umar melarang apa yang Rasul dan Allah (SWT) benarkan? Jelaskan hal ini.

(Allamah Shibli Nu’mani in al Farooq page 217 narrates from Saheeh Muslim that Umar had said that two Mut’a were allowed during the time of the holy prophet but I disallow them from now and these are the Mut’a of Hajj and the Mut’a of Nisaa. On what religious authority did Umar forbid what the apostle and Allah (swt) allowed? Clarify this point.)

57. Al-Quran mengatakan bahawa :

“orang beriman ‘Qaala Mumin min aale Firaun yaktumu imana-hu’ (orang beriman dalam kalangan pengikut Firaun (Aal Firaun)) telah menyembunyikan iman mereka kerana takut. Itu bukan bererti mereka tidak beriman. Jadi, mengapa anda mengatakan Taqiyyah Syiah adalah sesuatu yang tidak berakhlak (abhorrent)?

terjemahan penuh ayat 28: Ghafir:

Dan (pada saat itu) berkatalah pula seorang lelaki yang beriman dari orang-orang Firaun yang menyembunyikan imannya: “Patutkah kamu membunuh seorang lelaki kerana ia menegaskan: `Tuhanku ialah Allah? ‘ – sedang ia telah datang kepada kamu membawa keterangan-keterangan dari Tuhan kamu? Kalau ia seorang yang berdusta maka dia lah yang akan menanggung dosa dustanya itu, dan kalau ia seorang yang benar nescaya kamu akan ditimpa oleh sebahagian dari (azab) yang dijanjikannya kepada kamu. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang yang melampaui batas, lagi pendusta.

(The Qur’an says that ‘Qaala Mumin min aale firaun yukassim imaanahu’ a believer from the Aal of Firaun had concealed his belief and hence its shown that the concealment of belief out of fear is not disbelief or abhorrent on the part of a believer. Why then is the Taqiyyah of a Shia abhorrent to you?)

58. Shahih Bukhari, vol. 4, halaman 123 edisi Mesir dari Hassan Basri bahawa ‘Al taqiyyah baaqiyata ila qiyaamat yawmil, (taqiyyah dibenarkan hingga ke hari kiamat). Jadi, adalah jelas bahawa taqiyyah terbukti halal baik dari Al-Quran mahupun Hadis. Oleh itu,  mengapa ASWJ mengkritik taqiyyah yang diamalkan oleh mazhab Syiah?

(Saheeh Bukhari, vol. 4, page 123 Egyptian edition reports from Hassan Basri that ‘Al taqiyyah baaqiyata ila yawmil qiyaamat, (Taqiyya is permissible until the Day of Judgement). When taqiyya is proved to be permissible from both the Qur’an and the Hadeeth, why then your sect attacks the Shi’a practice of taqiyyah?

59. Fatawa vol Khan Qaadhi. 4, halaman 821 menyatakan, bahawa jika seseorang berkahwin dengan mahram (ibu, saudara perempuan, anak perempuan, ibu saudara dll) dan mempunyai hubungan seksual dengan mereka dan bahkan mengakui bahawa dia tahu semasa melakukan upacara perkahwinan itu haram baginya untuk berkahwin. Namun, menurut Imam Abu Hanifah, dia (orang yang mengahwini itu) tidak tertakluk kepada semua jenis hukuman Islam. Bolehkah kita mengikuti sebuah Mazhab yang mengeluarkan fatwa begini? Beri kami jawapan yang rasional?

(Fataawa Qaadhi Khan vol. 4, page 821 states, that if a person marries a mahram (mother, sister, daughter, aunt etc.) and has sexual intercourse with them and even admits the fact that he knew while performing the marital rites that it was Haraam for him to do that even then according to Imam Abu Hanifa, he is not subject to any type of Islamic penalty. Can we really adhere to a Sect that issues such a fatwa? Give us a rational reply?)

60. Al-Quran menyatakan bahawa

“Laa Yamassuhu

illal

Mutahharun  ’ Tidak ada yang boleh menyentuhnya (ayat al Quran) kecuali orang yang suci, tetapi dalam Aalamgeer Fatmaada jilid 5, halaman 134 dan dalam Fatwa Siraajiya

, halaman 75 dinyatakan bahawa Surah al-Fatihah boleh ditulis dengan air kencing (astaghfirullah). Bolehkah anda jelaskan dakwaan ini?

(The Qur’an states that ‘Laa yamassuhu illal Mutahharun’ No one can touch it save the pure but in Fatmaada Aalamgeer vol. 5 page 134 and in Fatwa Siraajiya page 75, it is stated that Surah Fateha can be written with urine (astaghfirullah). Could you justify this claim?)

(nota penterjemah: soalan ini mungkin hanya sesuai ditanyakan di Pakistan dan pada masa itu (tahun 90-an)

61. Setiap Surah Al-Quran bermula dengan Bismillah tetapi Surah Taubah tidak bermula dengan Bismillah, mengapa?

(Every chapter of the Qur’an begins with Bismillah but Surah tawbah doesn’t begin with it, why?)

62. Oleh kerana awal setiap Surah Al-Quran adalah dengan Bismillah, mengapa maka kamu tidak memulakan Surah dalam solat anda dengan Bismillah?

(When the start of every Surah of the Qur’an has been made with Bismillah, why then do you not start the Surahs in your salaat with Bismillah?)

63. Buktikan kata – kata pujian (eulogy)  ’Thanaa’ dalam  Al-Quran.

(Prove ‘Thanaa’ Eulogy from the Qur’an.)

(nota penterjemah: soalan ini agak teknikal dan sesuai ditanyakan kepada ulama ASWJ, bukan orang awam ASWJ)

64. Buktikan kalimah “Assalaatu (khairun) Minan nawm” (sembahyang lebih baik dari tidur)  yang disebut dalam azan subuh disebut dalam Al-Quran? Jika tiada, nyatakan sekurang-kurangnya hadis sahih.

(Point out Assalaatu minan nawm to us from the Qur’an if not then at least from an authentic hadeeth.)

65. Buktikan bahawa kata-kata ini (“Assalaatu (khairun) Minan nawm”)  telah digunakan sebagai sebahagian daripada azan subuh pada masa pemerintahan Abu Bakar.

(Prove that these words had been used as part of the Adhan during Abu Bakr’s period.)

66. Buktikan kepada kami bahawa Solat Tarawikh telah dilakukan secara berjamaah pada zaman Rasulullah SAW dan zaman Abu Bakar.

(Prove to us that the prayers of taraweeh had been said in congregation during the time of the holy Prophet[saww] and during the period of Abu Bakr.)

67. Anda hanya memiliki sembilan riwayat yang mengatakan solat adalah dengan bersedekap (letak tangan atas dada/perut masa berdiri). Pada prinsip-prinsip periwayatan hadis, buktikan sanad nya sahih keseluruhannya

.(You only have nine reports at your disposal as far as praying the salaat by folding your arms is concerned. On the principles of the transmitters of hadeeth, prove their chains as ‘Saheeh’ correct. And prove all the transmitters as reliable.)

68. Semasa zaman Abu Bakar, berikan riwayat untuk membuktikan bahawa Abu Bakar solat dengan bersedekap. Jika anda boleh (buktikan), kenapa umat Islam yang bermazhab Maliki meluruskan tangan mereka dalam solat mereka?

(From the period of Abu Bakr, present any example or a report to prove that Abu Bakr said his prayers by folding his arms. If you can, why do the Malikis keep their arms straight while saying their prayers?)

69. Al-Quran memerintahkan kita untuk berpuasa sampai malam “

alsiyamar atmou ilaa alaa Thamar Al-lail”

(dan malam ketika kegelapan masuk). Mengapa anda berbuka puasa lebih awal? Mengapa Umar dan Uthman berbuka puasa selepas solat Maghrib?

Nuqaa ‘Umar, muka surat 110, hadis 351, oleh Waliullah Shah Dhelavi

(The Qur’an instructs us to fast till night “thamar atmou alsiyamar ilaa Al-lail”, and night enters when darkness casts in. Why do you open your fasts early? Why were Umar and Uthman opening their fasts after Maghrib prayers?

Nuqaa’ Umar, Page 110, Hadeeth 351, by Shah Waliallah Dhelavi)

70. Anda mendakwa bahawa Al-Quran Syiah mengandungi empat puluh bahagian, buktikan sumbernya daripada empat buku utama Syiah (Kutub Al-’Arba’a).

(You claim that the Shia’a Qur’an contains forty parts, prove its source from the four Shia key books (Kutub Al-’Arba’a).)

71. Jika Mut’ah adalah Haram, mengapa Asma Binti Abu Bakar melakukannya? Sepertimana yang dinyatakan dalam lihat Tafsir Mazhari Qadhi Thanaa Allah, halaman 577.

(If Mut’a is Haraam, why did Asma Bin Abu Bakr do it? For evidence, refer to Tafseer Mazhari Qadhi Thanaa Allah , page 577.)

72. Dalam Mishkat Shareef, dilaporkan bahawa ketika Abu Bakar dan Umar meminang  putri Rasulullah SAW (Fatimah as),  Fatima as menyatakan kepada Rasulullah SAW untuk menjawab dia terlalu muda untuk berkahwin, apakah ini sebuah riwayat yang benar?

(In Mishkat Shareef, it is reported that when Abu Bakr and Umar asked the holy Prophet[saww] for his daughter, Lady Fatima[sa]‘s hand the Prophet[saww] replied she is too young to marry, is this a correct report?)

73. Jika salah, maka buktikannya dengan bukti lengkap secara intelektual dan tekstual.

(If it is wrong then prove it with full evidence both intellectual and textual.)

74. Jika benar Fatimah as menolak pinangan Abu Bakar dan Umar, maka fikir secara rasional, masuk akalkah Umi Kalthum (anak Ali as) berkahwin dengan Umar? Kalau ibunya (Fatimah) terlalu muda untuk berkahwin, bagaimana anaknya (Umi Kalthum) boleh berkahwin?

(If this is correct then think rationally over the fact that, Umme Kulthum[sa] whose mother was too young to marry these people, marries these same personalities, does this make sense?)

75. Sahkah solat anda tanpa darud (selawat kepada isteri nabi dan sahabat)? Jika sah beri bukti lengkap. Jika tak sah, kenapa selawat hanya diberi pada Muhammad SAW dan keturunannya dan bukan pada sahabat dan isteri Rasulullah? Jika solat sah  tanpa selawat  kepada para isteri dan sahabat, mengapa Ahlul Sunnah menambah nama-nama kumpulan ini untuk darud dalam majlis keagamaan mereka?

(nota penterjemah: kata-kata itu adalah “wa’ala alihi wa sohbihi ajmain”)

(Can your prayers be complete without darood? If yes then come up with full evidence and if not then how come the blessings are just sent upon Muhammad[saww] and his progeny and not upon his companions and wives? When the prayers can be complete without sending blessings to the wives and the companions, why does Ahl’ul Sunnah add the names of these groups to Darood in their religious gatherings?)

76. Berikan hadis sahih dengan sumber lengkap di mana diriwayatkan bahawa darud ke atas semua sahabat dan isteri-isteri Rasulullah SAW adalah wajib. Jika wajib, kenapa solat sah tanpanya (darud)?

(Cite a saheeh and authoritative text hadeeth of the apostle with a complete source wherein it is reported that it is obligatory to send darood upon all the companions and wives of the holy prophet (saww). And also tell us if it is obligatory then how can the prayers be in order without them?)

77. Anda percaya bahawa Khilafah boleh dilantik oleh pilihan masyarakat (umat)  atau secara ijma’ (konsensus). Apakah Rasulullah pernah mengatakan hal ini?

(You believe that the Khilafat can either be established by public votes or the way of ijma (consensus). Could you verify this with evidence from the sayings of the apostle himself?)

78. Adakah Rasulullah SAW meninggalkan dunia ini tanpa memberikan bimbingan mengenai  Khilafat? Jika ya, mengapa dua syaikh (Abu Bakar dan Umar) berkata ’ ilaaimatu minal Quraish’ (Para Imam berasal dari Quraisy) di saqeefa bani sa’da? Apakah mereka khusus berbohong untuk kepimpinan? Mengapa mereka menentang Sunnah Rasulullah SAW, mengapa Abu Bakar  Umar sebagai khalifah selepasnya (secara wasiat)?

(Did the holy prophet (saww) depart from this world without giving guidance on Khilafat? If yes, why then did the two shaykhs say ‘ilaaimatu minal quraysh’ (The Imams are from Quraysh) in saqeefa bani sa’da? Did they specifically lie for leadership? Also why oppose the holy prophet’s Sunnah, why did Abu Bakr candidate Umar?)

79. Dalam Majmaul Bihar, Muhammad Tahir Gujrati menulis bahawa Abu Bakar mengaku bahawa ‘Saya bukan Khalifah tapi Khalifah’. Jika kenyataan ini benar,  mengapa anda tidak menyangkal kekhalifahannya?

(In majmaul Bihar, Muhammad Tahir Gujrati writes that Abu Bakr confessed that ‘I am not a Khalifah but a Khalifah’ if you regard him truthful then why do you not deny his caliphate?)

80. Dalam Sawaiq Al-Muhriqah, Allamah Ibnu Hajar Makki menulis bahawa ada tiga Siddiq (jujur), Habib seorang Najaar, Hazqeel dan Ali (as), dan bahawa Ali (as) lebih baik dari keduanya. Mengapa Abu Bakar tidak disebut di sini?

Lihat juga: Tafsir e Kabir, Vol. 7, Laman 317.

(In Sawaiq Al-Muhriqah of Allamah Ibn Hajar Makki writes that there are three siddeeq ( truthful ), Habib an Najaar, Hazqeel and Ali (as), and that Ali (as) was better than the two. Why has Abu Bakr not been mentioned here?

See also: Tafseer e Kabir, Vol. 7, Page 317)

81. Adakah Umar pewaris pengetahuan Rasulullah SAW? Jika ya, maka mengapa sebagaimana dimaksud oleh Jalaludeen Suyuti ‘Umar sering mencari perlindungan dengan Allah dari setiap soalan yang sukar semasa ketiadaan ‘Ali.  Dan kenapa dia mengaku bahawa ‘lau la aliyyan lahalakal Umar’ maksudnya, “Jika Ali (as) tiada, Umar telah celaka” (Tadkhiratul Khawwas, oleh Sibt Ibne Jauzi, halaman 127).

(Was Umar the heir of the holy Prophet[saww]‘s knowledge? If yes then why as is stipulated by Jalaludeen Suyuti ‘Umar used to seek refuge with Allah from every difficult question or case when there is no Abul Hassan (History of the Khalifahs who took the right way (English translation by Abdassamad Clarke page 178)? And why did he confess that ‘lau la Aliyyan lahalakal Umar’? If Ali (as) wasn’t there, Umar would have perished (Tadkhiratul Khawwas, by Sibt Ibne Jauzi, page 127). Note: The comments in Dhikr-e-Hussain by Maulana Kauthar Niyazi are also worthy of note.)

82. Apakah dua syaikh Ahlul Sunnah (Abu Bakar dan Umar) hadir dalam majlis pemakaman Rasulullah SAW, jika anda mendakwa mereka lakukan, maka mengapa dalam kedua-dua Syarah Mawaqif dan Al Faruq Shibli Nu’mani mengesahkan ketidakhadiran mereka? Jika mereka tidak menyertainya, sahabat jenis apa mereka (Abu Bakar dan Umar) ini?

Farooq, oleh Shibli Naumani, Page 40

(Did the two shaykhs of Ahl’ul Sunnah participate in the burial rituals of the holy Prophet[saww], if you claim they did, then why do we read that both Sharh mawaqif and Al Farooq Shibli Nu’mani confirm their absence? If they did not participate then what type of friends are these?)

83. Dalam Musnad Ahmad Hanbal dan sebagainya, disebutkan bahawa Aisyah telah menggelar Uthman sebagai Na’thal, yang harus dibunuh dan Murtakib Kufur. Jika anda menganggap Aisyah sebagai orang yang benar, maka anda mesti menerima gelarannya kepada Uthman. Dan jika dia (Aisyah) tidak mengatakan kebenaran,  mengapa anda mengakui kebenarannya (Aisyah)?

(In Musnad Ahmed Hanbal and so on, it is mentioned that Ayesha had named Uthman as Nathal, who should be killed and Murtakib Kufr. If you regard Ayesha as the truthful then you will have to accept what she called Uthman. And if she did not tell the truth then why do you call her the truthful?)

84. Rasulullah SAW  telah siapkan askar untuk memerangi Musailimah ibn kazzab dipimpin oleh Usamah. Abu Bakar dan Umar juga diperintahkan untuk berada di bawah pimpinan Usamah. Mengapa Abu Bakar dan Umar tidak pergi berperang? Apa keizinan yang mereka miliki yang membolehkan  mereka mengabaikan perintah Rasulullah SAW? Jika mereka mempunyai keizinan khas, mengapa Rasulullah SAW melaknat orang-orang yang diarahkan pergi berperang tetapi tidak pergi?

Lihat juga: wa Al-Nihal Milal [terjemahan Bahasa Inggeris]halaman 18

(The soldiers that the holy prophet (saww) had prepared against Musailimah ibn kazzab were commanded by Usama and Abu Bakr and Umar were also instructed to be under him. Why did Abu Bakr and Umar not go? What legal dispensation did they have that entitled them to ignore the holy Prophet[saww]‘s commands? If they have such dispensation, why did the holy Prophet[saww] curse those who were appointed for participation but did not go?

See also: Milal wa Al-Nihal [English translation] page 18

85. Dalam Muwatta dari Imam malik, diterjemahkan oleh Allamah Waheed al Zamaan, muka surat 147, hadis 603, Rasulullah SAW menceritakan bahawa seorang sahabat telah mendekatinya, memukul dada dan merobek rambutnya. Jika pemukulan dada di hadapan Rasulullah SAW dibenarkan maka mengapa anda menentang perlakuan itu (pukul dada sendiri)?

(In Muwatta of Imam malik, translated by Allamah Waheed al Zamaan, Page 147, hadeeth 603, Rasulullah (s) narrates that a companion had approached him, beating his chest and ripping his hair. If chest beating in the presence of Rasulullah (s) is allowed then why do you object to it?)

86. Syeikh Abdul Haq Muhaddath Dehlavi dalam bukunya Midaaraj Nabaweeya, vol. 2, halaman 544 menulis bahawa muazzin Rasul, Hazrat Habashi Bilal (ra) datang ke Masjid Rasulullah SAW memukul dada dan mengeluh. Jadi, apakah pendirian anda tentang pemukulan dada?

(Sheikh Abdul Haq Muhaddath Dehlavi in his book Midaaraj Nabaweeya, vol. 2, page 544 writes that the Mu’adhdhin of the apostle, Hadhrath Bilal Habashi (r.a) came to the Mosque of the Prophet[saww] beating his chest and complaining. What is your verdict regarding chest beating?)

87. Dalam Musnad Imam Hanbal, edisi Mesir, Vol. 6, muka surat 274,  ada tertulis bahawa selepas kewafatan Rasulullah SAW, Aisyah memukul dadanya bersama-sama dengan perempuan lain, apa pendapat anda tentang tindakan Ummul Mukminin?

(In the Musnad of Imam Hanbal, Egyptian edition, Vol. 6, Page 274 it is written that upon the demise of the holy Prophet[saww], Ayesha beat her chest along with the other women, what is your opinion regarding this act of Ummul Mu’mineen?)

88. Hazrat Ali Hajweeri Al Mash-huur Daata Ganj Bakhsh Lahore dalam bukunya

Kashful Mahjoob, bab 2, halaman 118, bahagian 8 meriwayatkan dari Umar, bahawa Rasulullah SAW  bermain sebagai unta untuk Imam Hussein yang masih muda (as) , yang bererti ia membuat dirinya replika unta. Jadi, adakah Sunnah (tradisi) untuk membuat replika kuda Imam Husain atau sebuah bid’ah (Inovasi)?

(Hadhrath Ali Hajweeri Al Mash-huur Daata Ganj Bakhsh Lahori in his book Kashful Mahjoob, chapter 2, page 118, section 8 reports it from Umar, that the holy Prophet[saww] played as a camel for the then young Imam Hussain[as], meaning he made himself a replica of a camel. Following the Sunnah of the holy Prophet[saww] is it Sunnah (tradition) to make a replica of Imam Hussain[as]‘s horse or is it a bid’at (Innovation)?)

89. Dalam

Kanzul A’mal, Hayder aabad edisi, vol. 5, dalam Musnad Ali  karramallahu wajhu, halaman 147, hadis 2403 ada tertulis bahawa, Rasulullah SAW sering sapu (wipe) kaki ketika berwudhuk, mengapa anda tidak menganggap sapuan (wiping) sebagai dibenarkan? Jika kaki akan masuk neraka kalau kita tak basahkannya semasa wudhuk, maka bagaimana sapuan air ke  atas sarung kaki (stoking) adalah dibenarkan dalam mazhab anda?

(Kanzul A’mal, Hayder Aabad edition, vol. 5, in the Musnad of Ali karramallahu wajhu, page 147, hadeeth 2403 it is written that, the holy Prophet[saww] used to wipe his feet during wudhoo, why do you not regard wiping as permissible? If the feet will go to hell by being kept dry during wudhoo then how is the wiping over the socks correct?)

90. Dalam Baiatul Ridhwan, umat Islam membuat perjanjian untuk tidak melarikan diri dari medan pertempuran. Perang Hunayn berlaku selepas “bay’at di bawah pokok” (Baiatul Ridwan). Jadi, apa pandangan anda mengenai orang-orang yang melanggar perjanjian setia mereka iaitu orang yang lari semasa Perang Hunayn?

(In the Bai’at of Ridhwan, the Muslims took a covenant of not fleeing from the battle field. But the battle of Hunayn took place after the “bay’at of under the tree”. Of those people who went against their covenants, what is your verdict with regards to them?)

91. Sejarawan, Habib as Sayr menulis tentang pertempuran Hunayn bahawa:

Ertinya ketika ditanya di mana Abu Bakar dan Umar?, Pencerita itu menjawab mereka juga melarikan diri ke beberapa sudut.

Renungkanlah atas riwayat ini, Adalah sangat jelas bahawa dalam tafsir anda, Tafsir Qaweri, Tafsir Hussayni, Rawdhatus Safaa, Taareekhul Khamseen, Rawdhatul Ahbab, Ma’aarijun Nubuwwah, dll disebutkan bahawa tiga orang lelaki telah melarikan diri dari perang Hunayn. Mengapa mereka melanggar perjanjian Baiatul Ridhwan? Jawab selepas membaca semua buku ini.

(The historian, Habib as Sayr writes regarding the battle of Hunayn that:

Meaning when it was enquired where Abu Bakr and Umar were?, the narrator replied they had also fled to some corner. Contemplate over this narration, let it be very clear that in your Tafseer Qaweri, Tafseer Hussayni, Rawdhatus Safaa, Taareekhul Khamseen, Rawdhatul Ahbab, Ma’aarijun Nubuwwah, etc it is mentioned that the three gentlemen had fled from the battle of Hunayn. Why did they break the covenant of the Bay’at of Ridhwan? Reply after reading all these books.)

92. Jika tiga Abu Bakar, Umar dan Uthman adalah orang yang berani, lalu tunjukkan kami buku anda iaitu Tafsir Qaweri nama ketiga – tiga orang yang tidak lari dalam pertempuran Hunayn. Dan buktikan kepada kami dari semua buku anda, berapa ramai orang kafir telah dibunuh oleh ketiga-tiga orang ini dalam Perang Badar, Uhud, Khaibar, Khandak dan Hunayn. Berapa ramai orang kafir yang telah mereka cederakan? Dan berapa banyak kecederaan yang dialami  mereka sendiri dalam mempertahankan tubuh mereka? Dan sebutkan sekurang – kurangnya lima nama (dengan sumber lengkap) orang-orang yang mereka bunuh.

(If these three men had been brave then show us from your book Tafseer Qaweri the names of these three men from among those who did not flee in the battle of Hunayn. And prove it to us from all of your books, how many non-believers had been killed by these three men in the battles of Badr, Uhud, Khaybar, Khandaq and Hunayn. How many non-believers did they inflict with harm? And how much harm did themselves sustain in their bodies? And just mention five names with complete sources from among those whom these people killed.)

93. Jika Umar berani, nyatakan nama-nama orang yang beliau bunuh dalam Perang Uhud dan Hunayn dari sumber-sumber sejarah yang membandingkan Ali [as] dan Umar.

(If Umar has been brave then write the names of people who got killed at his hands in the battles of Uhud and Hunayn from historical sources compare Ali[sa] and Umar so that their doings in those two battles become known.)

94. Dalam Tafsir Dur Manthur, Suyuti, vol. 54, dan Izalatul Khifa Shah Waliyyullaah Muhaddath Dahlavi, halaman 199, ada tertulis bahawa Rasulullah SAW memberitahu Abu Bakar ‘kemusyrikanmu bergerak dalam diri kamu seperti pergerakan semut’. Berdasarkan hadis ini, bagaimana Au Bakar dianggap sebagai seorang yang benar (Siddiq)? Dan jika dia (Abu Bakar) tidak syirik, mengapa dia tidak membantah kata Rasulullah SAW? (bahawa kata Rasulullah SAW ada syirik dalam diri Abu Bakar) seperti seorang kafir mendustakan Rasulullah SAW.

(In the Tafseer of Dur Manthur Suyuti, vol. 54, and Izalatul Khifa of Shah Waliyyullaah Muhaddath Dahlavi, page 199 etc. it is written that the holy Prophet[saww] told Abu Bakr‘The polytheism is moving in you like the moving of an ant’. Take notice of this hadeeth and tell us how then was he a siddeeq? And if he did not have shirk within himself then dare to belie like a disbeliever the truthfulness of the holy Prophet[saww].)

95. Dalam kitab anda Fatawa Qaadhi Khan, vol 1, halaman 64, tertulis bahawa jika seseorang yang sedang solat mencium seorang wanita tanpa nafsu maka solatnya sah. Kenapa nak bercium semasa solat? Perlukah bercium dalam solat?

(In your Fataawa Qaadhi Khan, vol. 1, page 64, it is written that if a person who is in a state of prayers kisses a woman without lust then his prayer is valid. Is the time for it too short except in prayers? Where is the need for such a thing in prayers?)

96. Imam Ghazali dalam Sirrul Aalamin, Maqaalidul Ba’aa,halaman 9, menulis bahawa

“…keinginan untuk kuasa muncul di kalangan para Sahabat dan mereka pertama kali berubah menjadi pembangkang. Mereka melemparkan mesej suci Rasulullah SAW ‘ke punggung mereka, mereka menuntut beberapa bayaran sebagai ganjaran untuk amalan mereka, mereka melakukan urusan yang sangat buruk.

Boleh anda huraikan perkara ini?

(Imam Ghazzali in sirrul Aalameen, Maqaalidul Ba’aa page 9, writes the desire for power had prevailed among the Sahaba and they first turned into opposition. They threw the holy Prophet[saww]‘s message onto their backs, they demanded some payment in return for the foundation and they did a very bad trade. Could you please elaborate on this?)

97. Anda menentang kehalalan Mut’ah dan menyamakannya dengan perzinaan. Tapi dalam kitab anda

Syarah Wiqaaya, halaman 298, disebutkan bahawa Imam Abu Hanifah, menyatakan bahawa perzinaan yang dibayar (pelacuran?) adalah halal (expenditure of an adulteress is halaal) dan tidak ada hukuman bagi seseorang (not any jurisprudential limit) yang membayar seorang wanita untuk zinah. Apakah mut’ah lebih buruk dari ini?

(You oppose the halaal Mut’a and do not hesitate terming it as adultery. But in your book Sharh Wiqaaya, page 298, it is mentioned that to your Imam Abu Hanifa, stated the expenditure of an adulteress is halaal and there is not any jurisprudential limit on one who rewards a woman for zinah. Is Mut’ah worse than this?)

98. Dengan memanggil  Marwan  balik dari Madinah, Uthman bin Affan menentang Rasulullah SAW. Adakah anda mencela atau menyokong tindakan Uthman itu?

(By calling Marwan back from Medinah, Uthman bin Affan opposed the holy Prophet[saww]. Do you reproach this or support it?)

99. Terdapat fakta dalam buku Sunni bahawa Muawiyah telah bersengketa dengan Khalifah Rashid (khalifah mendapat petunjuk) dan mengarahkan Imam Hassan [as] supaya diracun (rujuk Mahram Naama, Khwaja Hassan Nidhami). Jadi, mengapa Muawiyah yang mengutuk ali [as] di mimbar dianggap sebagai adil? Beri kami penjelasan intelektual dan tekstual.

(It is an established fact in the books of Sunnis that Muawiyah had disputed with the Khalifah Rashid (the rightly guided caliph) and ordered the poisoning of Imam Hassan[sa] (check Mahram Naama, khwaja Hassan Nidhami) and why are the companions who made Ali[as] be abused on the pulpits considered as fair players? Give us intellectual and textual reasoning.)

100. Bagaimana dan atas arahan siapa insiden Harra (serangan Madinah) terjadi? Apa yang berlaku ke atas Madinah dan penduduk Madinah pada masa itu? Sila berikan penjelasan terperinci tentang itu.

(How and with whose instructions did the incident of Harra transpire? What happened to Medina and Ahl Medinah during the same? Please give a detailed account of it.)

Wassalam.


View the original article here