KAJIAN ISLAM DAN PENDIDIKAN

Mendidik Jiwa, Menerangi Akal, dan Menuntun Hati

Thursday, July 24, 2025

5 Cara Menciptakan Kebahagiaan, Meskipun Sedang Kekurangan Uang

Wanita tersenyum bahagia meski dalam kesederhanaan, dengan judul “5 Cara Menciptakan Kebahagiaan Walau Sedang Kekurangan Uang

5 Cara Menciptakan Kebahagiaan, Meskipun Sedang Kekurangan Uang

Temukan 5 cara sederhana untuk tetap bahagia meskipun hidup sedang sulit. Panduan ini berdasarkan nilai Islam dan pendekatan psikologi modern.

(Karena bahagia itu nggak harus saldo 8 digit, kadang cukup gorengan dan tawa teman dekat)

Mari kita buka dengan satu fakta menyedihkan:
Uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi uang bisa membeli es krim, dan es krim bisa bikin bahagia. Jadi, ya… uang tetap penting.

Tapi, hidup tidak selalu seindah rekening gendut. Kadang gaji numpang lewat, utang nyengir di pojokan, dan mie instan rasa sisa menjadi menu utama tiga hari berturut-turut. Meskipun begitu, percaya atau tidak, bahagia itu tetap bisa diciptakan. Bahkan saat isi dompet tinggal selembar struk belanja dan kartu BPJS yang hampir kadaluarsa.

Berikut ini adalah 5 cara menciptakan kebahagiaan walau sedang kekurangan uang, dengan gaya yang—semoga—tidak menambah beban hidup, tapi justru membuat Anda senyum-senyum sambil mengangguk.


1. Ubah Standar Bahagia: Dari Branded ke Bersyukur

Zaman sekarang, bahagia sering diukur dari apa yang kita punya:
Tas harus LV, ngopi harus Starbucks, healing harus ke Bali, dan senyum pun harus diabadikan pakai iPhone. Padahal, orang tua kita dulu bisa bahagia cuma karena tukang es tung-tung lewat di depan rumah.

Bahagia itu bukan tentang mewah, tapi tentang cukup. Dan cukup itu bukan angka, tapi rasa.
Kalau kita terus mengejar standar bahagia versi orang lain, ya sampai kiamat juga nggak akan pernah puas. Mending ubah sudut pandang:

  • Bukan “kenapa aku belum punya mobil”, tapi “Alhamdulillah motor masih bisa ngantar ke mana-mana”.
  • Bukan “kenapa bajuku nggak branded”, tapi “Untung baju ini masih muat, meski perut makin lebar”.

Syukur itu skill, bukan bawaan lahir. Dan kabar baiknya, skill ini bisa dilatih. Gratis pula. Coba tulis tiga hal yang patut disyukuri setiap pagi. Lama-lama, kamu akan sadar: hidupmu sebenarnya nggak seburuk yang kamu kira.


2. Bikin Humor dari Kesialan Sendiri

Ini terdengar konyol, tapi sungguh ampuh: tertawalah atas kemalanganmu sendiri.

Misal, listrik rumah diputus karena telat bayar. Ya sudah, anggap saja lagi latihan hidup minimalis.
Atau ketika uang tinggal Rp12.000 dan kamu harus memilih antara beli bensin atau makan siang—anggap saja sedang ikut reality show “Survivor versi lokal”.

Kenapa ini penting? Karena dengan menertawakan diri sendiri, kamu sedang mengambil alih kendali suasana hati.
Orang miskin yang bisa ketawa itu pemenang, karena dia nggak membiarkan keadaan menguasai emosinya.

Lagipula, cerita paling lucu sering datang dari tragedi kecil: dompet hilang saat mau traktir gebetan, atau salah transfer uang ke mantan yang sudah blokir semua media sosialmu.


3. Pelihara Relasi, Bukan Prestise

Kebahagiaan itu sering datang bukan dari apa yang kita punya, tapi dari siapa yang kita punya.

Saat uang tipis, orang-orang yang tetap hadir dalam hidupmu tanpa minta traktir, itulah harta sesungguhnya.
Teman yang bisa diajak ngobrol dari hati ke hati, keluarga yang tetap masakin meski kamu cuma nyumbang beras seupil, atau pasangan yang tetap dukung walau kamu belum bisa ngajak honeymoon ke luar negeri—semuanya adalah aset emosional yang tak ternilai.

Investasi terbaik bukan saham, tapi hubungan yang tulus.
Dan hubungan itu dibangun dari kehadiran, bukan pameran.

Kalau nggak percaya, coba bandingkan:
Scroll media sosial selama 2 jam vs. Ngobrol sama sahabat selama 2 jam—mana yang bikin hatimu lebih penuh?


4. Kreatif Menemukan "Mini Healing" Gratisan

Healing itu penting. Tapi healing tidak harus ke Ubud, menginap di resort Rp1,5 juta per malam, dan posting caption “disconnect to reconnect” padahal sambil scrolling TikTok nonstop.

Healing bisa dilakukan gratis atau murah meriah. Coba:

  • Jalan kaki pagi keliling gang sambil dengerin playlist nostalgia.
  • Duduk di taman, nonton anak kecil main, sambil ngunyah cilok.
  • Bikin journaling harian pakai buku bekas, isinya doa-doa absurd dan curhatan ngenes.
  • Pelihara tanaman dari bibit cabai sisa dapur. Liat dia tumbuh itu aja rasanya kayak liat saldo naik.

Intinya: carilah kesenangan kecil yang bisa kamu kontrol. Karena kebahagiaan bukan tempat, tapi suasana hati.


5. Berbuat Baik Sekecil Apapun (Karena Kebaikan Itu Menular)

Ketika hidup sedang sulit, naluri kita biasanya jadi: menyendiri, fokus bertahan, dan ogah mikir orang lain. Tapi justru di titik itulah—kebaikan kecil bisa jadi penyelamat.

  • Bantu tetangga angkat galon.
  • Bagi-bagi nasi bungkus walau cuma tiga.
  • Ucapkan terima kasih tulus ke tukang parkir.
  • Minta maaf duluan, meski nggak salah sepenuhnya.

Anehnya, ketika kamu membuat orang lain bahagia, jiwamu juga ikut terangkat. Ini bukan teori, tapi bukti. Otak kita melepaskan hormon “feel good” setiap kali kita menolong, bahkan jika kita sendiri sedang kepepet.

Kadang justru saat kamu merasa tidak punya apa-apa, kamu sedang punya kesempatan menciptakan makna.


Penutup

Bahagia itu bukan soal kondisi, tapi keputusan.

Kita tidak bisa memilih untuk selalu kaya, tapi kita bisa memilih untuk tidak terus-menerus sengsara.
Karena, percaya atau tidak:
Kehidupan ini absurd. Kadang orang yang rekeningnya nol, justru bisa tidur nyenyak.
Sementara yang dompetnya tebal, malah insomnia mikirin cicilan.

Jadi, selamat mencoba 5 cara di atas.
Dan kalau kamu merasa ini semua masih belum cukup, ya sudah… tidurlah. Kadang satu-satunya hal yang bisa membuat kita bahagia saat bokek adalah… mimpi jadi sultan.


Artikel oleh Ust. Mubarok Abie Fadhli, S.Ag. | Untuk blog Kajian Islam & Pendidikan 

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages

SoraTemplates

Best Free and Premium Blogger Templates Provider.

Buy This Template