Thursday, April 21, 2011

Solusi Problem Ahmadiyah

 Home Republika Online

Kamis, 17 Februari 2011 pukul 14:27:00
Dr Syamsuddin ArifPeneliti INSISTSRasulullah SAW sebagai kepala negara bersikap tegas kepada para nabi palsu semacam Musaylamah dan Tulayhah untuk bertobat atau diperangiSaya tidak percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad seorang nabi, dan belum percaya pula bahwa ia seorang mujaddid (pembaharu). Ir Soekarno dalam bukunya, Di Bawah Bendera Revolusi, jilid 1, cetakan ke-2, Gunung Agung Jakarta, 1963, hlm 345. Mantan presiden RI pertama itu bukan pertama dan bukan pula satu-satunya yang berpendapat demikian. Jauh sebelumnya, filsuf dan pujangga terkenal Sir Muhammad Iqbal ketika ditanya oleh Jawaharlal Nehru perdana menteri India waktu itu??perihal Ahmadiyah dengan tegas menjawab bahwa wahyu kenabian sudah final, dan siapa pun yang mengaku nabi penerima wahyu setelah Muhammad SAW adalah pengkhianat kepada Islam. No revelation the denial of which entails heresy is possible after Muhammad. He who claims such a revelation is a traitor to Islam (Islam and Ahmadism, cetakan Da'wah Academy Islamabad, 1990, Hlm 8).Iqbal menangkap banyak kemiripan antara gerakan Ahmadiyah di India dan Babiyah di Persia (Iran), yang pendirinya juga mengklaim mendapat wahyu sebagai nabi. Menurut Iqbal, tokoh kedua aliran sesat ini merupakan alat politik belah bam bu kolonialis Inggris yang waktu itu masih bercokol di India dan wayang imperialis Rusia yang sempat menjajah Asia Tengah dan sebagian Persia. ?°Aki dah mereka adalah kepasrahan pada penguasa (political servility)?±, jelas Iqbal (Hlm 13).Jika Pemerintah Rusia mengizinkan Babiyah membuka markas mereka di Ishqabad, Turkmenistan, Pemerintah Inggris merestui Ahmadiyah mendirikan pusat misi mereka di Woking, wilayah tenggara Inggris. Bagi Iqbal, doktrindoktrin Ahmadiyah hanya akan mengembalikan orang kepada kebodohan. Inti dari Ahmadisme atau Qadianisme demikian Iqbal lebih suka menyebutnya adalah rekayasa mencipta sebuah umat baru bagi nabi India (sebagai tandingan nabi Arabia). To carve out, from the Ummah of the Arabian Prophet, a new ummat for the Indian prophet. (Hlm 2).Seorang ulama India yang paling disegani pada zamannya, Syed Abul Hasan Ali an-Nadwi, telah meneliti secara intensif dan objektif riwayat hidup Mirza Ghulam Ahmad, bagaimana MGA berubah dari seorang santri sederhana menjadi pembela agama (1880), lalu mengklaim dirinya imam mahdi alias Masih Maw?¯ud (1891), dan akhirnya mengaku jadi nabi (1901)....

Berita koran ini telah melewati batas tayang. Untuk mengakses, silakan berlangganan.
Bagi Anda yg sudah berlangganan, silakan login disini.
Bagi Anda yg belum mendaftar berlangganan, silakan registrasi disini.


Index Koran

View the original article here


EmoticonEmoticon