Pada hari ini,
Rabu tanggal 17 Nopember 2010 bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1431 H,
mayoritas kaum muslimin wal muslimat merayakan dan melaksanakan shalat Idul Adha.
Mereka mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Allah SWT, dan pengakuan selaku hamba terhadap ke-Esa-an Allah SWT serta
pernyataan untuk taat hanya kepada-Nya. Bersamaan dengan ini, di kota suci
Mekkah al-Mukarramah, saudara-saudara kita kaum muslimin wal muslimat dari
berbagai bangsa dan Negara tengah mengadakan pertemuan akbar, dalam rangka
menunaikan ibdah haji, memenuhi panggilan ilahi.
Setiap bulan
Dzulhijjah, senantiasa ada ibadah haji dan ada ibadah qurban. Meski berbeda
hukum antara ibadah haji dan qurban, tapi keduanya masih satu rangkaian. Ibadah
haji diwajibkan oleh Allah SWT bagi kaum muslimin yang mempunyai kemampuan baik
fisik maupun materi. Sementara penyembelihan hewan qurban hukumnya sunnah muakkadah
(yang dikuatkan).
Suatu peristiwa
penting, agung dan bersejarah yang perlu kita teladani pada hari raya Idul Adha
adalah perjuangan Nabi Ibrahim AS, yang dengan pengorbanannya telah sukses
mewariskan monumen sakral ibadah haji dan syariat penyembelihan hewan qurban
bagi kaum muslimin hingga saat ini.
Perjuangan dan
pengorbanan Nabi Ibrahim AS, diawali dengan dakwah terhadap kaumnya agar mereka
beriman dan mentauhidkan Allah SWT. Bertahun-tahun, ia berjuang memberantas kemusyrikan
dan aneka macam kebatilan yang kian merata di kalangan kaumnya. Bahkan
tantangan dan ancaman yang datang dari Raja Namrud pun semakin keras dan kejam.
Sampai akhirnya Nabi Ibrahim AS dibakar hidup-hidup oleh Namrud, meski dengan
pertolongan Allah SWT beliau tetap selamat dari kobaran api. Akhirnya Nabi
Ibrahim AS beserta istri dan anaknya Ismail meninggalkan negeri dan kaumnya,
hijrah ke sebuah lembah yang terpencil, kering dan gersang, yaitu negeri
Mekkah.
Selang beberapa
waktu, di tempat baru tersebut Nabi Ibrahim AS kembali diuji oleh Allah SWT. Ia
bermimpi, Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih Ismail, putra yang amat
dicintainya. Sehari setelah bermimpi, Nabi Ibrahim merenungkan mimpinya, apakah
benar-benar datang dari Allah SWT atau bukan. Hari itu terjadi pada tanggal 8
Dzulhijjah, sehingga disebut “Yaumu Tarwiyyah” artinya hari perenungan
dan pemikiran. Itupun terjadi pergolakan antara perintah Allah yang benar
dengan godaan syetan yang berusaha membatalkan rencana penyembelihan. Pada hari
kedua, barulah ia yakin bahwa mimpi itu betul-betul datang dari Allah SWT,
sehingga dinamakan “Yaumu ‘Arafah” artinya hari mendapatkan pengetahuan
dengan sadar, yang terjadi pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dan pada hari ketiga,
tanggal 10 Dzulhijjah Nabi Ibrahim AS mengambil keputusan dengan penuh
keyakinan untuk melaksanakan penyembelihan, sehingga dikenal dengan nama “Yaumu
Nahar” atau Yaumul Adha yang berarti hari penyembelihan.
Peristiwa agung
dan bersejarah ini telah direkam dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaaffaat ayat 102,
Allah SWT berfirman
$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þ’ÎoTÎ) 3“u‘r& ’Îû ÏQ$uZyJø9$# þ’ÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2”ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þ’ÎT߉ÉftFy™ bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang
yang sabar".
Lalu apakah Ismail jadi disembelih ? Tidak sama
sekali. Karena sesungguhnya bukan itu tujuan perintah Allah SWT. Malah, Nabi
Ibrahim AS dilarang menyembelih putranya Ismail, setelah ia lulus dari ujian
yang berat itu. Sebagai gantinya Allah SWT memerintahkan Ibrahim AS untuk
menyembelih hewan qurban, dan itu dilakukannya secara kontinyu sebagai tanda
syukur kepada Allah SWT. Dan akhirnya syariat penyembelihan hewan qurban
dilanjutkan oleh keturunan beliau sebagai Nabi terakhir, Nabi Muhammad SAW yang
kemudian diwariskan pula kepada umatnya hingga sekarang ini.
H.R. Tirmidzi dari ‘Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda
:
مَا عَمَلُ ﺁدَمِيٍّ مِنْ عَمَلِ يَوْمِ النَّحْرِ
أَحَبُّ اِلَى اللّٰهِ مِنْ
اِهْرَاقِ الدَّمِ . اِنَّهَا لَتَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا
وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللّٰهِ بِمَكَانٍ
قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ , فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا .
“Tidak
ada amal manusia dari amal pada hari nahar yang lebih dicintai Allah SWT daripada
mengalirkan darah (menyembelih hewan qurban). Karena ia akan datang pada hari
kiamat, dengan tanduk-tanduknya, dengan bulu-bulunya, dengan kuku-kukunya, dan
sungguh darahnya niscaya cepat diterima Allah sebelum darah hewan itu jatuh ke
bumi, maka baguskan setiap diri dengan menyembelih hewan qurban.”
Lalu, apa esensi dari penyembelihan hewan qurban ? Nama
lain Idul Adha adalah ‘Idul Qurban. ‘Id artinya kembali. Qurban artinya
pendekatan. ‘Idul Qurban berarti kembali mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Penyembelihan hewan qurban merupakan sarana kita dalam
rangka taqarrub ilallah, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab, yang
dapat menyampaikan qurban kita, tiada yang lain tiada yang bukan, kecuali takwa
kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Hajj ayat 37 :
`s9 tA$uZtƒ ©!$# $ygãBqçté: Ÿwur $ydät!$tBÏŠ `Å3»s9ur ã&è!$uZtƒ 3“uqø)G9$# öNä3ZÏB 4 y7Ï9ºx‹x. $ydt¤‚y™ ö/ä3s9 (#rçŽÉi9s3çGÏ9 ©!$# 4’n?tã $tB ö/ä31y‰yd 3 ÎŽÅe³o0ur šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÌÐÈ
37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu
mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sebagaimana Nabi Ibrahim AS diuji Allah SWT apakah
konsisten takwanya kepada Allah SWT
ataukah tidak. Kita juga diuji oleh Allah SWT untuk mengorbankan sebagian harta
kita untuk menyembelih hewan qurban dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
SWT agar mencapai derajat takwa.
Adapun hikmah spiritual ibadah qurban adalah sebagai
cobaan bagi kita apakah kita lebih mencintai Allah ataukah kita lebih mencintai
harta dunia kita. Ibadah qurban merupakan manifestasi cinta kita kepada Allah
SWT dengan mengorbankan apa yang kita cintai demi mengharapkan keridhaan Allah
SWT.
Sementara hikmah secara sosial ibadah qurban adalah
untuk membahagiakan saudara-saudara kaum muslimin lainnya. Yaitu dengan
membagikan daging qurban untuk dimakan. Harga daging kambing atau sapi masih
tergolong mahal untuk orang yang tidak mampu. Maka, dengan pembagian daging
qurban, dapat membantu mereka yang kurang mampu untuk ikut merasakan kelezatan
masakan daging kambing atau sapi. Hal ini, merupakan ibadah sosial dengan
berbagi untuk orang lain, terutama yang lebih membutuhkan.
EmoticonEmoticon