Tuesday, December 21, 2010

STUDI AGAMA-AGAMA DALAM TRADISI ISLAM DAN BARAT

 Home Republika Online

Kamis, 20 Mei 2010 pukul 15:46:00
Pada 19 Februari 2009, sebuah pusat studi lintas agama di Yogyakarta menggelar satu acara bedah buku berjudul When Mystic Masters Meet: Paradigma Baru dalam Relasi Umat Kristiani-Muslim. Penulisnya, seorang dosen perbandingan agama. Buku itu merupakan disertasi doktornya di Chicago University. Bedah buku sejenis digelar di sejumlah kota. Penulis buku ini mencoba mencari titik temu antara Islam dan Kristen, melalui kajian terhadap dua pemikir besar dalam Islam dan Katolik, yaitu Ibn Arabi dan Meister Eckhart. Penulis menggunakan konsep filsafat perenial dan Kesatuan Transendensi Agama-agama (Trancendent Unity of Religion) sebagai framework kajiannya. Ditulis dalam bukunya: ¡±Kebanyakan pemahaman Muslim kontemporer mengenai keanekaragaman agama berdasar pada ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tradisi agama-agama selain Islam. Berbeda dengan kebanyakan Muslim lain yang percaya bahwa ayat-ayat eksklusif tertentu dalam Alquran menghapus (naskh) ayatayat inklusif tertentu di dalamnya ¨C sehingga mempunyai kesimpulan yang menegaskan bahwa Islam menghapus agama-agama yang ada sebelumnya ¨C Ibn Arabi tidak mempunyai kesimpulan yang demikian.¡± Dalam buku ini, yang dijadikan sebagai sasaran adalah sosok Ibn Arabi (w 638 H/1240 M), yang memang sejumlah pe mi kirannya memicu kontroversi di kalangan para ulama. Penulis buku ini menjadikan sejumlah karya William C Chittick, seperti Imaginal World: Ibn al-¡®Arabi and the Problem of Religious Diversity, sebagai kacamata dalam melihat konsep agama-agama Ibn Arabi. Padahal, ¡°kaca mata¡± Chittick itulah yang bermasalah. Chittick sudah berasumsi, Ibn Arabi adalah sosok yang mengakui validitas semua agama. Peneliti INSISTS, Dr Syamsuddin Arif, dalam bukunya, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran (2008), sudah memberikan koreksi terhadap Chittick dalam menjelaskan konsep agama Ibn Arabi. Tanpa menafikan sisi kontroversial Ibn Arabi sendiri, tokoh sufi ini pun tetap menegaskan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang sah di dalam pandangan Allah SWT. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus, maka peng ikut agama-agama para Nabi sebelumnya, wajib beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan mengikuti syariatnya. Sebab, dengan kedatangan sang Nabi terakhir, maka syariat agama-agama sebelumnya otomatis tidak berlaku lagi. ¡°Fa inna syari¡®ata Muhammadin shallallahu alayhi wa sallama nasikhah,¡± tulis Ibn Arabi. Metode studi agama-agama ¡±model Barat¡± yang menggunakan pendekatan ¡±netral agama¡± ¨C alias tidak berpijak pada salah satu perspektif agama tertentu ¨C sekarang banyak diminati oleh kalangan akademisi Muslim...

Berita koran ini telah melewati batas tayang. Untuk mengakses, silakan berlangganan.
Bagi Anda yg sudah berlangganan, silakan login disini.
Bagi Anda yg belum mendaftar berlangganan, silakan registrasi disini.


Index Koran

View the original article here


EmoticonEmoticon