Wednesday, May 11, 2011

Perennialisme dan sejarah Teosofi

 Home Republika Online

Kamis, 21 April 2011 pukul 14:09:00
ArtawijayaPeminat SejarahGagasan perenialisme atau hikmah abadi (perennial wisdom) yang berujung pada upaya penyatuan agama-agama dengan jalan menjaga kearifan masa lalu (the ancient wisdom), membangun persaudaraan universal dan pengabdian terhadap kemanusiaan, sejatinya memiliki akar sejarah yang panjang di Indonesia.Catatan sejarah tersebut merujuk pada keberadaan perkumpulan teosofi, sebuah organisasi kebatinan yang pada masa lalu gencar mempropagandakan doktrin-doktrin perenialisme dan pluralisme agama. Teosofi memiliki moto, “There is No Religion Higher Than Truth” atau “Satyan Nasti Paroh Dharma” (Tidak Ada Agama yang Lebih Tinggi daripada Kebenaran). Perkumpulan teosofi (Theosophical Society) didirikan pertama kali di New York pada 1875 oleh sekelompok orang yang terlibat aktif mempelajari kepercayaankepercayaan dan tradisi-tradisi kuno dalam okultisme, mistisisme, dan kabbalah. Pendiri dan tokoh sentral teosofi adalah Helena Petrovna Blavatsky (1831-1891), seorang perempuan aristokrat Rusia berdarah Yahudi yang dijuluki oleh para pengikutnya sebagai “mother of new age movement” atau “founder of occult fraternities” (Pendiri Persaudaraan Okultis). Tokoh-tokoh lain yang terkenal dalam teosofi internasional adalah Henry Steel Olcott (1832-1907), Annie Besant (1847-1933), dan Charles Webster Leadbeater (1847-1934). Sebelum secara resmi diakui sebagai cabang dari Perhimpunan Teosofi Internasional, keberadaan organisasi ini di Nusantara secara tidak resmi sudah terlihat dengan berdirinya The Peka longan Theosophical Society (Masya rakat Teosofi Pekalongan) pada 1881. Lalu, pada 1901, dibuka loge teosofi pertama di Semarang di bawah pimpinan DG van Niewenhoven Helbach. Periode selanjutnya, pada 1909 berdiri Nederlandsche Indie Onder Afdeling der Nederland Afdeling van de...

Berita koran ini telah melewati batas tayang. Untuk mengakses, silakan berlangganan.
Bagi Anda yg sudah berlangganan, silakan login disini.
Bagi Anda yg belum mendaftar berlangganan, silakan registrasi disini.


Index Koran

View the original article here


EmoticonEmoticon